SLEMAN-Kebiasaan membaca
tidak hanya harus ditanamkan sejak dini di lingkungan keluarga.
Pendidikan juga diharapkan memiliki sistem khusus dalam kurikulum
untuk meningkatkan minat baca anak.
Suasana diskusi dalam Roadshow Perpustakaan Nasional RI di Pendapa Rumah Dinas Bupati Sleman, Kamis (25/9/2014). |
Sri Rohyati Zulaikha, dosen UIN Sunan
Kalijaga, berpendapat, memang harus ada sistem tersendiri yang seakan
memaksa anak terbiasa membaca buku.
“Misalnya dalam kurikulum sekolah ada muatan lokal tentang perpustakaan,” paparnya saat menjadi pemateri dalam Roadshow Perpustakaan Nasional RI di Pendapa Rumah Dinas Bupati Sleman, Kamis (25/9/2014).
Adanya muatan lokal (mulok) terkait
perpustakaan akan menggiring siswa tidak hanya terbiasa membaca, tapi
juga memahami referensi apa saja yang sesuai dengan kebutuhan akademik
dan pengembangan diri. Menurut dia, sudah ada sekolah yang memasukkan
mulok untuk minat baca ini dalam kurikulum.
Meski demikian, keluarga tetap memiliki
peran penting untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca anak. Sri
bahkan menyarankan agar setiap rumah memiliki perpustakaan sederhana.
Sementara itu, semakin banyaknya pusat perbelanjaan, kafe, serta tempat
hiburan dan rekreasi, dinilai Kepala Kantor Perpustakaan Daerah
Kabupaten Sleman, Sri Hartati, sebagai tantangan besar untuk
meningkatkan minat baca.
Menurut dia perpustakaan adalah tempat
belajar sepanjang hayat yang tidak memandang status sosial. Kendati
demikian, Sri Hartati menyadari perpustakaan belum dianggap kebutuhan
dalam kehidupan sehari-hari. Pihaknya pun berusaha menata dan
mengembangkan Perpustakaan Daerah Sleman agar menarik dan nyaman bagi
pengunjung.
“Bukan tidak mungkin perpustakaan jadi
tempat rekreasi. Isinya tidak hanya buku, tapi juga fasilitas lainnya.
Perpustakaan keliling pun digalakkan demi menjangkau pembaca di berbagai
wilayah, termasuk di berbagai ruang publik,” ucap Sri Hartati.
Namun, lanjut Sri Hartati, hasil dari kebiasaan membaca tidak selalu bisa diketahui secara instan.
“Bisa satu atau dua tahun, bahkan bisa
jadi baru terasa 20 tahun yang akan datang. Tapi kalau kita tidak mau
membaca, kita tidak akan tahu apa-apa dan tidak bisa melakukan perubahan
apapun,” ungkapnya.
Sumber: solopos.com
Comments
Post a Comment