Rektor Universitas Indonesia 2007-2011, Gumilar Rusliwa Somantri, sesumbar perpustakaan pusat kampus kuning itu menjadi rujukan bagi kampus nasional dan negara tetangga selepas direnovasi dan dilengkapi teknologi informasi. Padahal saat ini proyek pemasangan TI itu menjadi perkara hukum.
"Ketika proses instalasi komputer selesai, UGM juga membangun perpustakaan merujuk kepada UI. Universitas-universitas di Malaysia juga berdatangan ke situ. Penulisan jurnal ilmiah yang tadinya hanya 15-16 artikel, meningkat sampai menjadi 200 artikel," kata Gumilar.
Gumilar mengatakan hal itu saat bersaksi dalam sidang mantan Wakil Rektor II UI, Tafsir Nurchamid, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu (3/9). Dia menyatakan selepas proyek perbaikan bangunan perpustakaan pusat UI, jumlah pengunjung disebut bertambah.
"Ketika perpustakaan sudah ada interiornya, pengunjung perpustakaan naik menjadi sepuluh ribu dalam sehari," sambung Gumilar.
Menurut Gumilar, UI sebenarnya sudah pernah menerima uang santunan dari pemerintah sebesar Rp 70 miliar, karena peringkatnya terus menanjak di antara 16 ribu universitas taraf dunia. Dia mengatakan, duit itu habis terpakai buat memperbaiki infrastruktur perpustakaan supaya memenuhi standar dunia. Sementara perbaikan sistem TI belum dilakukan.
"Uang itu dipakai membangun perpustakaan Rp 70 miliar dan masih kurang. Karena tuntutan perpustakaan saat ini juga harus dipakai untuk mengakses karya tulis dalam bentuk elektronik. Seperti e-journal, e-book, dan lainnya," lanjut Gumilar.
Alhasil, Gumilar mencoba melobi Bank BNI 46 supaya mau mengucurkan dana buat pembangunan TI. "Secara teknis rektor tidak tahu. Bagi saya, saya berusaha mencari uang buat universitas melalui lobi. Untuk saya, saya memahami peran saya hanya sampai di situ," sambung Gumilar.
Sumber: merdeka.com
Comments
Post a Comment