SOLO, Perpustakaan Rekso Pustoko, Pura Mangkunegaran, Solo, Selasa (12/8/2014), melakukan prosesi pemeliharaan dan konservasi naskah-naskah kuna bersejarah yang berusia ratusan tahun.
Sebanyak tujuh naskah lontar kuna koleksi museum istana yang didirikan KGPAA Mangkunegoro I alias Pangeran Sambernyawa itu, dibersihkan dan disusun ulang yang ditangani para relawan dari Komunitas Peduli Lontar Solo (Pelos).
Pembersihan dan pemeliharaan naskah lontar yang sebagian belum terungkap penulisnya itu, dilaksanakan setahun sekali sebagai upaya melestarikan naskah yang memuat berbagai karya sastra tersebut.
Staf perpustakaan Rekso Pustoko, Darweni, menjelaskan kepada wartawan, upaya konservasi naskah lontar kuna tersebut dilakukan secara rutin setiap tahun.
Hal itu disebabkan ruang penyimpan naskah kuna di Rekso Pustoko belum memenuhi standar, baik tempat penyimpanan, pengatur suhu ruang, pencahayaan dan sebagainya..
"Ruang untuk menyimpan naskah lontar dan naskah kuno lain, seharusnya di ruang ber-AC dengan kelembabab dan pencahayaan tertentu supaya terjaga kelenturannya. Tapi, di perpustkaan Rekso Pustoko belum memungkinkan, sehingga kami menggunakan AC alami. Risikonya, setiap tahun naskah lontar harus dibersihkan dengan teknik khusus," katanya.
Darweni mengungkapkan, perpustakaan Rekso Pustoko merupakan salah satu di antara penyimpan naskah kuna yang menjadi rujukan penelitian ilmiah, disamping Museum Radya Pustaka dan perpustakaan Sono Pustoko di Keraton Surakarta.
Perpustakaan yang dibangun semasa KGPAA Mangkunegoro IV itu, menyimpan ribuah naskah kuna dengan berbagai bahasa dan tulisan yang bernilai tinggi.
Koleksi tertua di perpustakaan Rekso Pustoko adalah sebuah buku 'Sejarah Nabi Adam dan Raja-Raja Jawa' yang ditulis Mangkunegoro I dalam Bahasa Jawa dan Arab pada 1769. "Buku itu tidak untuk umum, hanya keluarga yang diizinkan membacanya," ujar Darweni.
Proses pembersihan dan perawatan naskah lontar yang masih utuh tersebut dilakukan sangat hati-hati. Naskah lontar bewarna kecoklatan dengan tulisan huruf Jawa yang tersimpan di almari dikeluarkan, kemudian lembar demi lembar dirangkai dengan seutas benang.
Lembaran daun lontas dibersihkan dengan cara di lap menggunakan kain lembut yang dibasahi alkohol. "Alkohol ini untuk membersihkan lontar dari jamur dan membunuh bakteri yang bisa merusak daun lontar," tutur Eti, salah seorang anggota Komunitas Pelos sambil mengusap naskah lontar.
Setelah dibersihkan dengan alkohol, daun lontar dilap lagi dengan kain yang dibasahi minyak serai dan bubuk kemiri yang disangrai dan ditumbuk halus. Fungsi minyak serai untuk mengembalikan kelenturan daun lontar, dan kemiri untuk menajamkan kembali warna tulisan.
"Proses konservasi terhadap satu bendel naskah lontar, memakan waktu lebih kurang tiga hari," kata Eti lagi.
Sumber: pikiran-rakyat.com
Comments
Post a Comment