Menulis Itu Gampang

Seorang Arswendo Atmowiloto pernah mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul sama: Mengarang Itu Gampang. Benarkah demikian? Ya, nyatanya menulis itu memang gampang. Menulis surat adalah juga mengarang, begitu Bung Wendo (panggilan akrab Arswendo) memberi contoh.


Persoalannya bagi kita yang tertarik dengan dunia tulis-menulis, adalah bangaimana kita menanggapi pendapat tersebut sehingga terjadi proses kreatif di dalam diri kita sendiri. Ketika mengawali proses tulis-menulis pada 1990-an (saat itu saya masih SMP), saya sangat terinspirasi dengan buku Mengarang Itu Gampang. Buku yang saya beli dengan menabung uang jajan selama tigabulan lebih itu sangat memotivasi sayauntuk berani memulai menulis. Saat itu saya memang hobi berkorespondensi dan memiliki beberapa sahabat pena.


Berawal dari kebiasaan menulis surat dan bersahabat pena itulah saya kemudian mencoba menulis sebuah cerita pendek anak. Tentu saja proses menulis cerita pendek anak itu tidak sehari jadi. Saya butuh waktu dua bulan untuk menyelesaikannya. Berkali-kali cerita pendek tersebut saya baca, berkali-kalipula saya menemukan banyak kesalahan di sana-sini, terutama pemilihan kata-katanya. Setelah saya koreksi dan perbaiki beberapa kali, akhirnya saya memiliki rasa percaya diri dan keyakinan yang kuat untuk mengirimkannya ke surat kabar. Hingga akhirnya cerita pendek anak tersebut benar-benar dimuat di surat kabar sore SuaraPembaruan! Tentu suatu kebanggaan luar biasa yang saya rasakan saat itu.


Saya masih ingat, untuk pemuatan cerita pendek anak yang saya ketik dengan mesin tikmanual itu, saya mendapat hadiah berupa tiga buah buku, satu buku tentang panduanmenulis dan dua lagi buku cerita anak-anak. Kemudian, tulisan perdana saya yang dimuat tersebut saya kliping dan saya simpan sampai saat ini sebagai sebuah dokumen kenangan yang tak terlupakan.


Bisa dipelajari“Ah, saya tak punya bakat menulis,” demikian celotehseorang teman ketika saya memintanya untuk menuliskan kisah cintanya semasa remaja. Apakah menjadi penulis harus memiliki bakat? Berbakat memang perlu, tetapi tak harus. Sebab menulis itu bisa kok dipelajari. Melalui buku panduan? Ya, tetapi tak mesti. Kalian bisa belajar sendiri. Dengan banyak membaca pun sebenarnya kalian telah memulai proses belajar menulis.


Saat kalian sedang membaca artikel ini, sesungguhnya kalian tengah belajar menulis. Belajar memahami cara saya menuangkan ide sederhana menjadi sebuah tulisan yang sederhana pula. Lewat tulisan ini, cobalah mengamati cara saya bertutur, lalu carilah temanya. Cara saya merangkai kata-kata dalam tulisan ini sepertisaya bertutur langsung kepadakalian.


Ketika kalian berbicara, menceritakan sesuatu kepada teman atau orangtua, kalian sesungguhnya sudah melalui tahapan merangkai kata-kata. Sebabsejatinya menulis itu adalah merangkai kata-kata yang terbersit di alam pikiran. Menulis itu ibarat berbicara, sepertiberkomunikasi dua arah. Semudah itukah? Ya, semudah itu.


Masalahnya adalah bagaimana mengangkat komunikasi verbal itu ke dalam untaian kata-kata yang sederhana, menarik, dengan ide, dan tema yang tersampaikan dengan jelas dantepat ke dalam sebuah bentuk tulisan. Caranya? Belajar. Mulailah latihan menulis. Bisa secara otodidak, membaca buku teknik menulis, atau lebih bagus lagi ikut kelas kepenulisan atau bergabung dengan komunitas menulis yang ada di sekolah, kampus atau di kotamu. Dengan bergabung dalam komunitas semacam ini, tentu ketrampilan menulismu akan lebih terasah.


Untuk tahap awalsebagai penulis pemula, menulislah untukdiri sendiri. Tentang apa saja. Jenis tulisan boleh apa saja. Kalian bisa mulai menulis diary, surat cinta, curahan hati, puisi jatuh cinta, kesedihan, atau tentang kegalauan hati. Tak perlu berpikir yang muluk-muluk dulu untuk memublikasikannya. Nikmati saja dulu hasil tulisanmu itu untuk dirimu sendiri.


Cara awal paling efektif untuk belajar menulis adalah dengan membiasakan diri membuat diary. Menulis diary akan sangat membantu seseorang menulis. Diary merupakan catatan berkala yang dapat menjadi arena mengungkapkan apa saja. Menulis diary jelas memiliki banyak keuntungan. Setidaknya kebiasaan menulis diary ini akan membantu kalian menjaga ritme tulisan, menajamkan kemampuan berpikir, termasuk menuangkan gagasan, mengolah kata untuk menghasilkan sebuah tulisan.


Saat jatuh cinta biasanya adalah saat yang tepat lahirnya pujangga dadakan. Itulah mengapa rubrik-rubrik dan kolom-kolom puisi di media massa banyak memuat puisi tentang cinta dari para penulis pemula yang rata-rata memang sedang jatuh cinta. Apakah cukup sampai di situ? Ini hanya soal pilihan. Jika ingin lebih serius menekuni dunia tulis-menulis, ya berlatihlah terus.


Ketika sebuah puisimu berhasil menaklukkan hati seorang redaktur untuk memuatnya, maka gerbang dunia kepenulisan telah dibuka untukmu. Kalian tinggal melangkah ke tahap berikutnya, tahap yang lebih serius.


Rajin membaca dan menulis Ketika kalian mencoba untuk mulai menulis sebuah artikel remaja, cobalah untuk mengetengahkan sebuah tema yang sederhana tapi menarik, atau mencari tema yang masih fresh. Misalnya artikel tentang cara memilih perguruan tinggi, apa yang harus dilakukan setelah gagal UN, atau tips menembus sekolah favorit. Bisa juga bertema lingkungan pergaulan sehari-hari, misalnya cara bergaul yang cerdas, tips menghindari bullying di sekolah, tips menghadapi orangtua yang cerewet, atau tips mengadapi ujian.


Perlukah referensi? Yap, bahan bacaan sangat dibutuhkan dalam proses penciptaan sebuah artikel, terutama artikel opini. Dari mana saja referensi itu diperoleh. Perbanyaklah membaca artikel-artikel yang sering dimuat di koran, majalah, buku, situs-situs berita, blog, status Facebook atau Twitter.


Jika yang tebersit di alam pikiran kalian adalah tentang drugs, carilah tulisan-tulisan dengan tema sama. Atau kalian bisa langsung searching di Google. Harusnya, kemudahan dan kecanggihan teknologi saat inisangat mendukung hasrat kalian untuk jadi penulis. Manfaatkan segala literatur yang ada. Kalian juga bisa memakai cara konvensional yakni rajin membaca buku di perpustakaan.


Sekali lagi, kata kunci menjadi penulis adalah rajin membaca. Stephen King pernah berujar, “Kalau ingin menjadi penulis, Anda harus meletakkan dua hal ini: banyak membaca dan banyak menulis, di atas lainnya.”Bagaimana seseorang mampu menulis satu lembar halaman jika membaca buku atau koran saja enggan? Apa yang mau dituangkan ke dalam gelas kalau air saja tak punya? Logikanya seperti itu. Penulis pemula harus menyadari bahwa membaca memiliki manfaat yang banyak. Orang yang banyak membaca memiliki kedalaman ilmu yang luar biasa dan tak akan kesulitan saat mencari bahan tulisan, sebab tinggal mengingat-ingat atau membuka kembali buku atau koran yang pernah dibacanya. Bacaan melahirkan ide-ide atau gagasan-gagasan. Jika sudah muncul, segeralah tuangkan gagasan tersebut ke dalam sebuah tulisan (Brama Aji Putra, 2012).


Penulis pemula sering kesulitan memulai sebuah artikel terutama untuk menemukan kalimat awal yang tepat. Tak jarang dia hanya sibuk mencari kalimat pembuka dan tak menghasilkan apa pun. Prinsip utama dalam membuat artikel, tulis saja semuanya. Tuangkan saja kegelisahan hati dan itu akan menjadi pemantik karya. Tak mungkin seseorang dengan suasana hati yang adem ayem tenteram, datar tanpa gejolak, akan menghasilkan sebuah tulisan yang inspiratif, memukau, dan menyihir khalayak. “Semua harus ditulis, apa pun. Jangan takut tak dibaca atau tak diterima penerbit. Yang penting tulis, tulis dan tulis. Suatu saat pasti berguna,” tutur Pramoedya Ananta Toer.


Pada saat belajarmenulis, lupakan bahwa tulisan bakal tak enak dibaca atau mudah dipahami. Jangan juga berbicara apakah ada penerbit yang mau mencetak hasil karya tulis kalian. Yang terpenting, mulai saja untuk menulis dan fokus pada materi tulisan. Setelah selesai, biasakan membaca ulang tulisan untuk sekadar membetulkan salah ketik atau mengedit gagasan tersebut. Jangan cepat berpuas diri. Baca dan bacalah kembali hasil karya tulisan kalian. Jika perlu, endapkan dulu tulisan tersebut beberapa waktu lamanya karena biasanya akan muncul ide baru yang lebih cemerlang dari bahan-bahan yang sudah ditulis.


Meminjam ungkapan KH Abdullah Gymnastiar, untuk menjadi penulis yang perlu dilakukan adalah 3 M. Tiga langkah yang sangat sederhana namun sangat bermanfaat: membaca, menulis, dan mulailah dari sekarang. Menulis itu memang harus memiliki keberanian, terutama keberanian untuk memulai. Kalau tak dimulai sekarang, lalu kapan lagi?


Sumber: analisadaily.com

Comments