Masjid di Birmingham Inggris Ini Dulunya Kolam Pemandian dan Perpustakaan

Birmingham adalah kota terbesar kedua di Inggris. Kota ini berjarak kurang lebih 200 km sebelah utara London. Menurut data statistik tahun 2005, jumlah penduduknya mencapai 1 juta orang. Sebagai kota yang besar, toleransi umat beragama di sana juga cukup baik. Hal ini terbukti dengan bermunculannya komunitas muslim yang mencapai 14,3 persen atau sekitar 140.000 orang. Untuk memenuhi kebutuhan ibadah maka dibangun masjid-masjid di kota ini. Ada banyak bangunan tua tidak terpakai akhirnya berubah fungsi menjadi masjid. Salah satunya Masjid Green Lane atau disebut juga Markazi Jamiat Ahl-e-Hadith.


[gallery type="slideshow" ids="10035,10036,10037"]

Masjid yang masih terdapat tulisan library diatas pintu masjid ini memang berbeda dengan masjid yang lain karena tanpa kubah apa lagi menara. Masjid ini menempati sudut tempat terkemuka di jalan Green Lane, Small Heath, Birmingham. Pada asalnya masjid ini adalah sebuah perpustakaan dan rumah mandian awam atau biasa disebut bath house yang dibuat di tahun 1890 dan dibuka pada tahun 1902. Kemudian separuh bangunan sempat hancur akibat ledakan bom yang terjadi saat Perang Dunia kedua. Sekitar tahun 1970an diambil alih oleh komunitas Islam dan diubah menjadi sebuah masjid.


Untuk lebih detilnya mengenai sejarah gedung ini, beberapa waktu lalu tim Jazirah Islam berkesempatan untuk bertemu dengan Mizan, salah satu pengelola bangunan dan kegiatan didalamnya.


Ia pun bercerita mengenai beberapa bagian masjid yang sudah berubah fungsi, seperti kamar ganti baju menjadi kantor, dan kolam renang yang berada di tengah ruangan sudah disemen menjadi lantai dan dijadikan untuk tempat salat para jamaah.


Tak hanya area yang dulu dipakai untuk pemandian, Mizan pun mengajak saya untuk melihat area yang dulunya dipakai untuk perpustakaan. Beberapa ornamen dari bangunan lama dibiarkan tetap orisinil tanpa diubah sama sekali bentuk dan tampilannya. Seperti pilar-pilar penyangga, serta kaca-kaca patri berwarna-warni di jendela masih tetap terjaga keasliannya yang juga merupakan peninggalan bangunan khas abad ke-17 ini.


Perjalanan melihat peninggalan yang masih tertinggal di bangunan ini belum selesai, yang unik terdapat sentuhan teknologi baru tetap menyatu dengan bangunan tua di masjid Green Lane seperti lift yang berada di area perpustakaan yang sekarang dijadikan ruangan untuk belajar mengaji para murid masjid ini. Saya pun naik ke lantai paling atas dari bangunan ini.


Kondisi lantai paling atas dari bangunan ini tadinya hanya berupa atap kosong, namun ruang ini sekarang difungsikan juga menjadi ruang belajar. Satu lagi yang tidak diragukan lagi keorisinalitasannya, yaitu kayu yang menyanggah atap, ini merupakan kayu asli yang sudah berusia ratusan tahun dan masih bertahan hingga kini, dan semuanya dirangkai tidak mengunakan paku/ namun dirangkai seperti kita merangkai puzzle. Tentunya tak mudah runtuh jika terkena gempa.


Walaupun bagian ini dulu tidak terlihat karena ditutup atap, ternyata keindahannya tak kalah dengan bagian yang lain, kayu yang tak lapuk akan usia ini dihiasi oleh pola pola arsitektur gaya ghotik di kiri kanan dari rangka atap ini.


Seperti tidak ada habisnya menjelajahi isi bangunan yang bersejarah ini, saya juga diajak untuk melihat bagian paling bawah atau basement dari bangunan ini.


Bagian basement ini dulunya adalah dasar dari kolam, dan yang menarik disini adalah bentuk lengkungan pada bentuk kolam ini masih dipertahankan juga.


Dulu setalah bangunan ini sempat separuhnya hancur karena lendakan bom pada Perang Dunia kedua. Bangunan ini sempat tak tersentuh kembali, karena mahalnya biaya untuk merenovasi di beberapa bagian yang rusak. Lama tak diperhatikan, akhirnya ada seorang muslim dari kelompok muslim yang tinggal di sekitar bangunan ini yang bernama Syeh Abdul Awul yang membelinya pada tahun 1979.


Saat ia membelinya pada waktu itu banyak orang yang mempertanyakan mengapa ia membeli bangunan yang telah hancur tersebut, untuk apa ia membelinya. Ia tak memeberitahukan kepada siapapun mengenai rencananya mengubah fungsi tempat ini menjadi masjid. Ia berharap masjid ini akan berguna menjadi pusat belajar Islam bagi warga sekitarnya.


Alhamdulillah, sekarang Masjid Green Lane tak hanya digunakan hanya sebagai tempat untuk melaksanakan ibadah salat saja, tapi ada banyak kegiatan Islami lainnya, seperti ada beberapa kelas mengaji dan menghafal quran untuk anak-anak dan dewasa, kelas pemahaman agama Islam bagi pemula dan mualaf, belajar mengenai tafsir quran, diskusi mengenai permasalahan yang terjadi pada muslim dan muslimah yang terkait dengan Islam, dan masih banyak yang lainnya.


Dulu pada awalnya hanya ada 10 muslim yang aktif salat dan berkegiatan di masjid ini, sekarang, Subhanallah ada sekitar 5.000 muslim dan muslimah yang aktif dalam kegiatan Islami dan salat di masjid ini.


Mizan sebagai salah satu pengurus masjid dan beberapa pengurus yang lain mempunyai komitmen untuk terus menjaga keaslian ornamen dan bentuk bangunan bersejarah ini. Dengan begitu ia berharap dapat merangkul kaum nonmuslim yang sempat berfikir negatif dengan pemberitaan media tentang Islam. Ia merangkul dengan cara mengundang mereka berkunjung untuk melihat lihat kegiatan serta dapat menikmati keelokan bentuk dan ornamen banguanan bersejarah ini yang masih terjaganya keindahannya.


Tentunya jika banyak kaum nonmuslim yang akhirnya mengenal Islam lebih baik, mereka akhirnya jadi lebih menjaga tolerasi pada umat muslim, begitu pun sebaliknya.


Kini masjid green lane menjadi pusat pengajian Islam, pusat khidmat bagi komunitas islam. hanya bagian dalaman masjid saja yang boleh diubah karena bangunan ini termasuk dalam salah satu bangunan bersejarah yang ada di Britania Raya.


Masjid yang dibangun dengan bata merah dan gaya terakota gothic-jacobean era tahun 1900-an ini juga terbuka untuk pengunjung sepanjang tahun. Sebagian besar pengunjung berasal dari media, sekolah, perguruan tinggi, universitas dan lembaga-lembaga lain yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang masjid dan agama Islam.


Komplek masjid ini mencakup ruang salat untuk pria, dan wanita, lalu ada ruang untuk aktivitas komunitas, sekolah madrasah, perpustakaan, dan juga menyediakan layanan pemakaman untuk komunitas muslim lokal.


Sumber: detik.com

Comments