Di zaman yang telah serba digital saat ini, setiap orang semakin mudah menjalankan aktivitas, bahkan menyalurkan hobinya. Hal tersebut juga sangat dirasakan oleh Senior Brand Manager Dulcolax, Indra Sugiharto.
Karena itu, dia lebih memilih buku digital ketimbang bentuk aslinya (fisik). Sebab, kegiatan untuk menyalurkan hobi membaca dengan buku digital masih bisa dan mudah dilakukan di tengah kesibukannya menjalankan tugas kantor.
"Sebenarnya, saya enggak terlalu kuat membaca buku yang tebal. Tapi dengan buku digital, hal tersebut tidak terasa berat dan lebih enak dibaca. Akhirnya, saya malah lebih menyukai membaca lewat buku digital ketimbang aslinya," ungkap Indra di Jakarta, belum lama ini.
Selain enak dibaca, lanjut dia, buku digital sangat mudah dibawa ke mana saja dan memiliki kelebihan, yakni lebih ringan. Sebab, buku tersebut bisa diakses hanya dengan melalui telepon pintar (smartphone). Alhasil, buku bisa dibaca dimana pun dan kapan saja.
Ditambah lagi, buku digital tidak perlu repot-repot membelinya ke toko buku. Kelebihan lainnya, buku-buku digital tertentu belum tidak bisa diperoleh di toko buku biasa. Jika menginginkan buku digital, seseorang juga cukup hanya dengan men-download-nya, setelah itu sudah bisa langsung dibaca.
Indra menyebutkan, buku favoritnya yang membahas tentang dunia marketing atau berhubungan dengan pekerjaannya. Terlebih, profesi yang dijalaninya menuntut untuk selalu berkembang dengan berbagai pasokan informasi baru.
Tidak hanya buku, ia mengaku juga membaca majalah dan koran digital melalui smartphone-nya, terutama majalah dan koran ekonomi. Semua hal tersebut dijalaninya dengan tujuan untuk memperkaya wawasannya dalam menjalani pekerjaan.
Bahkan, lanjut Indra, ide-ide marketing pun tak jarang muncul saat membaca. Salah satunya, ia menjadi terinspirasi untuk membuat situs www.bebassembelit.com, yang diklaimnya merupakan situs pertama di Asia yang membahas tentang sembelit.
Melalui situs tersebut, pihaknya mengajak masyarakat untuk mendapatkan informasi detail terkait sembelit yang didukung referensi atau studi yang jelas. "Selain itu, masyarakat dapat melakukan pengecekan sederhana untuk mengetahui, apakah dirinya berpotensi mengalami sembelit atau tidak," ujarnya.
Perjalanan Karier
Indra mengaku, karier marketing-nya sejak awal memang dijalaninya khusus di bisnis bidang farmasi. Uniknya, background pendidikan formalnya jutsru bukan dari marketing, melainkan jurusan teknik.
Namun, hal tersebut bukan menjadi penghalang. Sebab, dia sudah merasa bahwa passion-nya sejak awal memang di dunia marketing. Ia pun kemudian sempat melanjutkan pendidikan di bidang marketing untuk menambah keahlian dan wawasannya.
Menurut Indra, dunia marketing sangat menarik. Karena, bidang tersebut tidak cukup hanya berjualan, tapi juga sekaligus mengedukasi dan membawa cerita kepada masyarakat mengenai produk yang dijualnya.
Dia mencontohkan, pihaknya saat ini bukan hanya menjual obat pencahar saja, tapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat. Tahun lalu, Dulcolax pun berhasil mengampanyekan kanker kolon yang berawal dari sembelit yang tidak diatasi dan berkepanjangan.
Kampanye tersebut mendapatkan apresiasi positif dari masyarakat dan juga perusahaannya bernaung, yaitu Boeringer Ingelheim. Tidak hanya itu, kampanye yang dilakukannya juga sangat berdampak pada peningkatan penjualan produk Dulcolax.
Ia menyebutkan, apabila tahun lalu, produk yang dijualnya hanya berada di peringkat ketiga dalam kontribusi ke perusahaanya. Kini, kontribusinya telah naik menjadi peringkat kedua. Untuk itu, tahun ini, kegiatan kampanye kembali dilanjutkan.
“Namun, saat ini, kami lebih fokus mengajak masyarakat untuk lebih membicarakan sembelit. Sebab, masyarakat masih sangat tabu dan malu untuk membicarakannya," pungkas Indra.
Sumber: beritasatu.com
Comments
Post a Comment