Fenomena Penting dalam Sejarah yang Menghalangi Kemajuan Ilmu Pengatuan

Sepanjang sejarah, manusia telah mengalami kemunduran serius dalam ilmu pengetahuan, kemajuan, dan budaya. Beberapa kemunduran itu telah terjadi pada skala yang sangat besar diakibatkan oleh perang, kelaparan, dan penyakit. Beberapa kemunduran terjadi di skala yang lebih kecil, namun mungkin memiliki dampak yang sama besarnya.


Hilangnya perpustakaan di Iskandariah Mesir, dianggap sebagai salah satu kerugian yang paling menghancurkan bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan dunia kuno. Perpustakaan itu dianggap sebagai koleksi terbesar dalam hal buku, kertas, ide, diagram, dan banyak lagi dari kebudayaan kuno terutama yang berasal dari wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Intelektual dari seluruh dunia datang ke sana untuk belajar. Pada tahun 47 SM, pembakaran yang diperintahkan oleh Julius Caesar menyebar ke seluruh perpustakaan dan menghancurkan banyak koleksi ilmu pengetahuan kuno yang berharga.


Butuh waktu bertahun-tahun untuk merestorasi koleksi-koleksi tersebut, ditambah lagi perusuh Kristen sekali lagi menghancurkan banyak bagian perpustakaan pada 391. Sekali lagi, koleksi di perpustakaan itu mengalami restorasi selama beberapa dekade.


Pukulan terakhir terjadi pada tahun 641 ketika khalifah Baghdad memerintahkan pembakaran buku-buku perpustakaan. Sampai hari ini, tidak jelas seberapa besar dampak kerugian dari pembakaran ini bagi kekayaan budaya dunia, karena banyak pihak yang memercayai bahwa perpustakaan itu berisi banyak ide dan pemikiran brilian dari zaman kuno yang hancur dalam berbagai kebakaran.


Sementara perang biasanya membawa inovasi besar dan kemajuan pada teknologi penghancur dan pemusnah massal. Pada akhir Perang Dunia II dapat kita lihat kemajuan besar dalam ilmu pengetahuan di hamper setiap bidang ini, terutama dalam ilmu roket dan propulsi.


Akan tetapi, perang juga dapat menunda kemajuan ilmu pengetahuan. Perang Gothik Italia pada masa Kaisar Romawi Timur Justinian (535-554 M) adalah upaya untuk merebut kembali wilayah barat yang hilang setelah jatuhnya Roma pada 476. Hal itu berlangsung dengan sukses sampai datangnya Lombard dari barbar satu dekade kemudian untuk merebut kembali Roma.


Meskipun Kekaisaran Romawi Barat sudah hilang selama hamper seratus tahun, Perang Gothik Italia dan kekacauan pasca perang telah membuat Italia kala itu hancur dan terpecah, yang mendorong penduduk berurbanisasi ke wilayah pedesaan dan meninggalkan daerah perkotaan.


Abad Kegelapan ini terus berlangsung selama kira-kira 500 tahun. Seiring dengan Kekaisaran Romawi yang secara harfi ah dan metaforis telah runtuh, rute perdagangan dan pusat-pusat kebudayaan turut menghilang. Para penduduk sipil melarikan diri dari daerah perkotaan dan mengadopsi cara yang lebih feudal dalam menjalani hidup, budaya, seni, ilmu pengetahuan, dan sejarah, serta tidak lagi menjadi bagian yang kuat dari kehidupan normal manusia biasa kala itu.


Sejarawan hari ini menyebut masa- masa ini sebagai Awal Abad Pertengahan. Namun, peradaban Barat tidak akan beranjak dari kondisi ini hingga Perang Salib (1095 M), yang membuat rute perdagangan baru dan secara bertahap bergerak menuju era Renaissance Eropa.


Sebuah kerugian besar ke-3 dan yang lebih baru bagi ilmu pengetahuan, terjadi pada akhir abad ke-19 ketika laboratorium ilmuwan Nikola Tesla di New York terbakar pada 13 Maret 1895 di tengah malam. Api menghancurkan semua penemuan, eksperimen, dan prototipe yang ia kerjakan pada saat itu.


Tesla merupakan penemu system listrik bolak-balik yang tetap kita gunakan dalam kehidupan seharihari sampai saat ini. Dia juga memelopori beberapa teknologi termasuk telekomunikasi radio, robotika, dan sejumlah penemuan lain. Tidak jelas apa yang sebenarnya hancur di lab itu sebab banyak karyanya yang sangat dirahasiakan sampai hal itu dipatenkan.


Tesla, dan mungkin seluruh peradaban manusia, menerima pukulan ilmiah ketika Menara Wardenclyffenya dihancurkan pada 1917 oleh pemerintah AS setelah gagal menerima investasi lebih lanjut dan tidak aktif selama bertahun-tahun. Menara Wardenclyffe dibangun untuk menjadi pembangkit listrik nirkabel pertama di dunia. Jika menara ini berhasil diterapkan, mungkin Tesla bias menciptakan perubahan daya transmisi bagi peradaban manusia untuk yang kedua kalinya.


Sumber: erabaru.net

Comments