Dulu Preman Sekarang Pengelola Perpustakaan

Seorang lelaki, 58 tahun sukses meraih simpati warga. Tekad untuk mengabdi pada masyarakat pasca menjalani kehidupan kelam di penjara karena kasus kriminal, kini telah bertaubat. Sang preman itu mendirikan perpustakaan di komplek makam Rangkah Surabaya yang dulunya dikenal rawan kejahatan.

Tempat Pemakaman Umum (TPU) Rangkah yang dulu dikenal kawasan rawan criminal dan tempat mangkalnya PSK, kini sudah berubah 180 derajat. Warga sekitar kawasan makam Rangkah, kini telah mempunyai aktivitas baru yang lebih bermanfaat, yaitu pengajian rutin dan tempat membaca atau perpustakaan umum.

Berdirinya tempat perpustakaan di tengah makam Rangkah adalah impian seorang mantan narapida bernama Husin. Tidak mudah bagi mantan preman ini untuk sukses mendirikan tempat membaca tersebut. Usaha Husin ini berbuah manis karena perpustakaan ini berhasil dibangun meski tempatnya sederhana dengan ukuran 7×4 meter.

Banyak hambatan dialaminya untuk membuat perpustakaan ini ramai pengunjung pembaca hingga pengajian rutin yang bisa berlangsung seperti saat ini. Masa kelamnya yang menjadi mantan narapidana yang berimbas padanya, mulai dari dijauhi masyarakat hingga mengajak mereka untuk membaca dan belajar yang berujung gagal.

Berbekal tekat dan kemauan yang keras, selama hampir satu tahun usaha pria kelahiran 30 Juni 1956 ini, akhirnya berhasil meraih simpati warga. Bermodal 50 buah buku bacaan, Husin kini menjadi pelopor taman baca masyarakat di kawasan makam Rangkah Surabaya.

Delapan kali masuk penjara tidak membuat pria yang hidup bersama seorang istri dan dua orang anak ini patah semangat. Meski hidup di rumah sederhana di sekitar makam serta mencari nafkah dengan membuka toko kelontong seadanya. Semakin membuat Husin terus berusaha membesarkan taman bacaan masyarakat yang dirintisnya.

Dukungan masyarakat sekitar juga membuat Husin bersemangat, bahkan kini perpustakaannya juga menjadi tempat belajar mengaji ibu-ibu sekitar makam.

“Saat ini kami mendukung penuh kegiatan di tempat ini,” kata Sutiah. warga makam Rangkah.

Perpustakaan atau taman baca masyarakat sederhana yang dibangun Husin kini mempunyai 700 lebih buku bacaan dan pelajaran serta buku bergambar. Tempat ini, setiap harinya selalu dimanfaatkan masyarakat dan anak-anak sekitar untuk berkunjung.

“Hampir setiap hari kesini,” papar Anisa , anak warga.

Kini Husin berharap, taman bacaan yang dibangunnya bias semakin banyak yang peduli dan dimanfaatkan masyarakat. Husin tidak ingin jika hidupnya yang kelam menimpa orang lain. Oleh karena itu, membaca buku serta bertobat adalah salah satu jalan yang terbaik dalam meraih masa depan yang cerah.

Sumber: surabayanews.co.id

Comments