Pengunjung Perpustakaan Kalimantan Timur Menurun: Standar Unesco, Minimal Baca Tujuh Judul Buku Setahun
SAMARINDA - Jumlah pengunjung perpustakaan menurun. Era keterbukaan informasi dan kemudahan mengakses bahan bacaan online ditengarai penyebab menurunnya kunjungan tersebut. Padahal, Badan Perpustakaan Kaltim mengklaim bahwa peningkatan layanan terus dilakukan untuk meningkatkan minat baca masyarakat.
Pada 2012 tercatat kunjungan 199.571. Angka tersebut menurun sekira 13,79 persen pada 2013, yang hanya 172.040 kunjungan. Segmen pembaca dari kalangan mahasiswa yang mengalami penurunan paling tinggi. Yaitu 140.639 kunjungan pada 2012, menjadi 126.092 kunjungan di 2013. Kabid Pelayanan Informasi dan Otomasi pada Badan Perpustakaan Kaltim Taufik mengatakan, penurunan tersebut disebabkan beberapa faktor.
Di antaranya, membaiknya mutu layanan perpustakaan beberapa perguruan di Samarinda. Keterbatasan jumlah koleksi buku juga menjadi permasalahan. Anggaran terbatas membuat pengelola perpustakaan tidak dapat berbuat banyak. “Kadang, kasihan kalau kunjungan ke daerah. Ada saja anak yang menanyakan koleksi buku baru, namun belum bisa disediakan,” ucapnya.
Kini, pihaknuamemiliki koleksi bahan bacaan sebanyak 90 ribu judul. Terdiri dari buku, terbitan berkala seperti koran dan majalah, e-book, dan CD/DVD edutainment. Sedangkan untuk total koleksi bacaan mencapai 200.000 ribu exemplar. “Untuk e-book 400 judul, dan CD/DVD edutainment sebanyak 35.000 judul, dan 750 di antaranya untuk anak-anak,” ujarnya.
Bila dikaitkan standar Unesco (badan Perserikatan Bangsa- Bangsa yang mengurusi pendidikan) bahwa dalam satu negara, satu orang disarankan untuk membaca tujuh judul buku yang berbeda dalam satu tahun. standar tersebut masih sangat jauh untuk dipenuhi warga Kaltim. Melihat jumlah penduduk Kaltim pada 2013 mencapai 3,5 juta jiwa, tentu tidak sebanding dengan buku di perpustakaan.
Sehingga untuk mencapai standar tersebut, dibutuhkan peran pemerintah untuk menggalakkan gerakan gemar membaca. Dengan adanya gerakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pelayan di perpustakaan. “Diharapkan, kecamatan atau kelurahan memiliki perpustakaan sendiri,” ujarnya. Selain itu, dukungan pemerintah kabupaten/kota tidak kalah penting untuk terus meningkatkan layanan perpustakaan di daerahnya.
Karena bila hanya mengharapkan badan perpustakaan provinsi, menurut Taufik, akan lambat maju. “Contohnya, Kukar dan Bontang sudah memiliki perpustakaan,” ujarnya.
Sumber: kaltimpost.co.id
Comments
Post a Comment