Minat Baca Masih Rendah, Bupati Bandung "Tantangan Kita Semua"


Kebiasaan membaca saat ini belum menjadi budaya dalam kehidupan masyarakat. Hal ini terbukti dari data United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), pada tahun 2012 indeks minat baca Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, dari setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat baca.


Bupati Dadang M. Naser kepada "GM" di Soreang, Rabu (18/6), menuturkan, survei terhadap usia di atas 10 tahun itu menunjukkan 90 persen penduduk Indonesia cenderung lebih menyenangi nonton televisi daripada membaca.


"Ini menjadi tantangan buat semua pihak. Bagaimana kita bisa meningkatkan minat baca masyarakat, khususnya pelajar, dan menjadikan membaca sebagai budaya warga Kab. Bandung. Karenanya dengan adanya program Launching Leader's Reading Challenge, saya berharap para guru bisa mengarahkan siswanya agar kegiatan membaca menjadi sebuah kebiasaan dan hobi," sarannya.


Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbuk), Agus Firman Zaini menuturkan, LRCKB merupakan bentuk adopsi dan adaptasi dari West Java Leader's Reading Challenge (WJLRC). Program ini lahir dari kepedulian akan pentingnya keterlibatan figur pimpinan dalam menciptakan motivasi yang kuat di lingkungan pendidikan dan masyarakat.


Dijelaskan Agus, sejak 2010 hingga 2013, Disdik Jabar telah mengirimkan lebih dari 400 guru dari 27 kabupaten/ kota di Jabar untuk mengikuti training pendidikan di Australia.


"Pada bulan Juni hingga Desember 2013, kami telah mengirimkan sedikitnya 29 guru pembimbing untuk mengikuti training tersebut melalui penyeleksian yang sangat ketat, kemudian diimplementasikan terhadap para siswa," katanya.


Pengembangan profesi


Menurut Agus, untuk menjadi guru pembimbing, ada beberapa hal yang perlu dipenuhi. Di antaranya memiliki SK penunjukan sebagai pembimbing dari kepala sekolah, dan terdaftar di grup LRC Kab. Bandung, berprestasi secara akdemis, serta menguasai informasi teknologi (IT). "Bagi guru, kegiatan ini menjadi salah satu wahana pengembangan profesi," ujarnya.


Sasaran peserta program ini adalah para siswa mulai kelas 4 SD hingga 12 SMA/SMK. Program ini menjadi tantangan bagi para siswa untuk bisa mendorong tumbuh kembangnya kemampuan literasi (membaca dan menulis) dengan membaca buku lebih banyak.


"Kami menargetkan siswa dapat membaca buku sebanyak 24 eksemplar/tahun. Guru pembimbing bertanggung jawab merekam kemajuan para peserta, memotivasi, mengevaluasi, dan melaporkannya untuk dipertimbangkan sebagai penerima penghargaan dalam program LRCKB," katanya.


Buku yang boleh dibaca siswa antara lain buku-buku koleksi perpustakaan sekolah atau umum, koleksi pribadi sepanjang sesuai dengan tingkat usia, kemampuan, minat, kebermanfaatan, dan telah mendapat persetujuan dari guru, orangtua, dan pustakawan.


Sumber: klik-galamedia.com




 

Comments