Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Pontianak, Zamhuruddin wafat pada Sabtu (31/5). Jajaran Pemerintah Kota Pontianak merasa kehilangan. Zamhur adalah sosok yang peduli dengan pendidikan. Dia bukan hanya seorang guru tetapi juga sebagai ulama.Zamhuruddin meninggal pada usia 51 tahun. Dia menutup mata untuk terakhir kalinya di kediamannya, Jalan Kom Yos Sudarso, Gang Tebu Baru nomor 5, Pontianak Barat sekitar pukul 14.51. Dia dimakamkan, kemarin di Pemakaman Muslim, Jalan Tabrani Ahmad. Sebelum tutup usia Zamhuruddin sudah beberapa waktu dirawat di rumah sakit karena penyakit stroke dan darah tinggi.
Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, menilai Zamhuruddin adalah sosok berdedikasi tinggi ada dunia pendidikan. Di luar tugasnya dia diketahui beberapa kali membantu siswa dari keluarga tidak mampu agar dapat melanjutkan kuliah. “Saya tahu Pak Zamhur sering turut mencarikan biaya untuk anak tidak mampu yang berprestasi dan ingin kuliah,” ujarnya, Minggu (1/6).
Sebelum menjadi kepala Arpusda, Zamhur adalah kepala bidang pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan pada Dinas Pendidikan Kota Pontianak. Pada dinas yang sama, Zamhuruddin pernah menjadi kepala bidang pendidikan formal dan informal. “Komitmennya pada dunia pendidikan tidak dapat dibantah,” tutur Sutarmidji.
Sutarmidji mengetahui Zamhuruddin tidak hanya sebagai pengajar. Dia aktif pada Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Kota Pontianak. “Dua juga seorang ulama yang banyak dikenal oleh masyarakat. Saya rasa bukan hanya kami yang merasa kehilangan, sebagian masyarakat pun merasakan hal yang sama,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Pontianak, Mulyadi adalah salah satu yang merasa kehilangan. Beberapa tahun Zamhuruddin bertugas di instansi yang dipimpinnya. “Selama di dinas pendidikan Pak Zamhur sangat baik. Saya merasa terbantu selama dia menjabat kabid PTPK dan PNFI,” kata Mulyadi (1/6).
Pekerjaan yang dilakukan Zamhuruddin paling membuat Mulyadi terkesan adalah ketika dia menjabat kabid PTPK. Zamhur berhasil memindahkan kuota sertifikasi guru yang tidak digunakan di daerah lain sehingga dipakai oleh guru di Kota Pontianak. “Karena usaha Pak Zamhur tersebut Kota Pontianak mendapat banyak kuota tambahan guru sertifikasi kala itu,” ujarnya.
Sumber: pontianakpost.com
Comments
Post a Comment