Geliat Menulis Buku di Kalimantan Barat: Sisihkan Uang Jajan untuk Terbitkan Buku

Kata banyak orang, buku itu jendela dunia. Hingga saat ini kalimat tersebut masih dijadikan motivasi untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Banyak membaca adalah kuncinya untuk menemukan kekayaan di dalamnya. Buku juga menjadi ladang amal bagi para penulisnya, bila buku yang dihasilkan menjadi bermanfaat bagi orang lain.

MENULIS buku menjadi satu hal yang tidak banyak orang bisa melakukannya. Beragam alasan, mulai dari kemampuan, teknis kepenulisan hingga penerbitan. Tapi hal itu tidak menjadi halangan bagi siswa yang bersekolah gratis di MA Al-Adabiy.Sejak terbentuk Mei 2013, sekolah di Jalan Danau Sentarum itu telah menerbitkan 26 buku pada launching perdananya. “Buku tersebut ditulis oleh dua puluh orang, tapi ada tiga orang yang menulis dua buku,” kata Nursilan, salah satu penggagasnya.



Tak mudah bagi mereka yang dari keluarga kurang mampu untuk membiayai penerbitan. Mereka menggunakan bantuan fotokopi untuk memperbanyak eksemplar buku. ”Meskipun begitu kami juga terkendala dengan dana. Kami tidak ada biaya khusus. Motivasi lembaga cukup tinggi dengan kegiatan kami, itu sudah cukup bagi kami. Untuk pembuatannya kami kumpulkan dari uang pribadi. Biasanya uang jajan atau dari hasil mengajar mengaji, lalu kami tabung,” jelas dia.



Uang yang terkumpul saat itu, tidak hanya untuk penerbitan buku saja, melainkan berhasil menyelenggarakan acara launching buku perdana mereka, yang menghadirkan orang tua mereka serta mengundang banyak pihak. “Buku tersebut kami launching kemudian setiap anak membagikannya kepada orangtua mereka, bahkan hal itu mengundang haru. Tak hanya orangtua yang meneteskan air mata, para tamu undangan juga turut pula terharu,” kata dia.



Berhasil menerbitkan buku membuat Nursilan yakin bahwa membuat buku itu mudah, asalkan ada kemauan dan dibiasakan. Bahkan, kata dia, Club Menulis di bawah asuhannya tersebut kelak akan mengaadakan launching kedua bertepatan dengan hari kebangkitan nasional. “Kalau dibiasakan tentu menjadi mudah. Ini yang kemudian membuat kami selalu ingin menulis di setiap kesempatan,” pungkasnya.



Dalam melatih para siswa tersebut menulis dan membukukannya, Nursilan yang merupakan salah satu alumni MA Al-Adabiy mencoba menerapkan sistem pembelajaran kepenulisan yang didapatkannya ketika tergabung dengan Klub Menulis IAIN Pontianak. “Saat awal kuliah, saya bergabung dengan Klub Menulis IAIN Pontianak. Saya awalnya tidak begitu bisa menulis, tapi setelah berjalannya waktu. Saya bisa, asalkan dilatih dan membiasakan saja, sehingga saya pikir kenapa tidak saya terapkan di MA Al-Adabiy juga makanya saya juga memberikan nama yang sama,” ucapnya.



Tingginya minat siswa tersebut, membuat dia terpacu untuk melatih adik-adiknya itu, sehingga yang utama dilakukannya mengajak mereka untuk menulis. “Sama dengan di Club Menulis IAIN Pontianak, mulanya saya menunjukkan buku karangan saya yang sudah diterbitkan bersama anggota di sana, kemudian membuat mereka tertarik. Lalu saya berikan materi tentang kepenulisan, terus mengajak mereka untuk menulis hal-hal yang sederhana yang sering mereka alami,” ujar dia.



Tak hanya itu saja, usai menulis dan mengedit sesuai kemampuan mereka, para siswa tersebut diajarkannya cara membuat buku yaitu mendesain halaman dan desain covernya. “Saya bersyukur, ketika gabung di Club Menulis IAIN Pontianak, saya sudah digembleng untuk menulis, kemudian mengedit lalu mendesain buku melalui program page maker, kemudian membuat cover serta menjilidnya sendiri,” pungkasnya.


Sumber: pontianakpost.com

Comments