Pada tahun 1976, Ibnu Sutowo mengundurkan diri sebagai Dirut Pertamina, dan meninggalkan BUMN itu dalam kondisi utang sebesar US$ 10,5 miliar.
JAKARTA, Meskipun mantan Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) Ibnu Sutowo memiliki catatan kelam di saat menduduki Dirut Pertamina zaman orde baru, PT Pertamina (Persero) tetap mengabadikan namanya untuk perpustakaan khusus di Pertamina guna menunjang kinerja pekerja Pertamina.
Vice President Investor Relations Pertamina, Ahmad Herry Syarifudin, mengungkapkan, perpustakaan ini merupakan sebuah layanan untuk menunjang kinerja karyawan Pertamina. Perpustakaan ini menyediakan berbagai koleksi mengenai minyak dan gas bumi.
"Perpustakaan berperan strategis sebagai knowledge center untuk mendukung peningkatan pengetahuan dan kemampuan pekerja Pertamina khususnya dan secara umum meningkatkan pengetahuan secara luas," ucap Herry di gedung Pertamina, Jakarta, Rabu (5/3).
Ibnu Sutowo merupakan tokoh yang mengembangkan Permina (Perusahaan Minyak Negara) yang kemudian berubah menjadi Pertamina serta pernah pula menjadi Menteri ESDM ke-3 saat Presiden Soekarno.
Pada tahun 1957, A.H. Nasution (saat itu KSAD) menunjuk Sutowo untuk mengelola PT Tambang Minyak Sumatera Utara (PT Permina). Pada tahun 1968, perusahaan ini digabung dengan perusahaan minyak milik negara lainnya menjadi PT Pertamina.
Harian Indonesia Raya pimpinan Mochtar Lubis pada 30 Januari 1970 memberitakan bahwa simpanan Ibnu Sutowo pada saat itu mencapai Rp 90,48 miliar (kurs rupiah saat itu Rp 400/dolar), dan melaporkan kerugian negara akibat kongkalikong Ibnu dan pihak Jepang mencapai USD1.554.590,28.
Saat itu, pemerintah Indonesia di bawah Presiden Suharto membentuk tim yang bernama Komisi Empat untuk menyelidiki dugaan korupsi di Pertamina. Tim ini menghasilkan laporan yang menyimpulkan terjadinya beberapa penyimpangan-penyimpangan, namun tanpa tindakan hukum apa pun terhadap pelaku korupsi.
Pada tahun 1975, Pertamina jatuh krisis. Pada tahun 1976, Ibnu mengundurkan diri sebagai Dirut Pertamina, dan meninggalkan Pertamina dalam kondisi utang sebesar USD 10,5 milliar. Ibnu lalu masuk ke PT Golden Mississippi.
Herry menerangkan, perpustakaan ini pertama kali didirikan pada tanggal 14 Agustus 1970 dengan nama Perpustakaan Pusat Pertamina. Hingga saat ini, koleksi perpustakaan Pertamina mencapai 7.246 buku dan 9.281 eksemplar artikel.
Herry menambahkan, Pertamina melakukan revitalisasi perpustakaan pada tahun 2010. Selain itu, terang Herry, pertamina juga melakukan penambahan koleksi tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga koleksi referensi digital.
"Di tahun 2013 perpustakaan melakukan penerapan ISO 9001:2008 Quality Management yang bertujuan menstandarkan proses dan sistem kerja dan meningkatkan kepuasan bagi pengunjung," tukasnya.
Sumber: jaringnews.com
Comments
Post a Comment