Nama Ibnu Sutowo mungkin memiliki catatan kelam bagi sejarah perminyakan di Tanah Air. Di tangan orang ini, Pertamina hampir mengalami kebangkrutan dengan bebang utang mencapai Rp 10,5 triliun pada tahun 1975.
Namun demikian, nama Ibnu Sutowo ternyata masih harum di lingkungan perusahaan minyak pelat merah ini. Bahkan, Pertamina mengabadikan Ibnu Sutowo menjadi nama perpustakaan, The Ibnu Sutowo Library.
Vice President Investor Relations Pertamina Ahmad Herry Syarifudin, mengatakan alasan penggunaan nama ini lantaran Ibnu Sutowo berjasa besar pada berdirinya perpustakaan Pertamina.
"Pak Ibnu Sutowo adalah tokoh yang menggagas pendirian perpustakaan Pertamina," ujar Herry di Gedung Pertamina, Jakarta, Rabu (5/3).
Herry menerangkan, Ibnu Sutowo menaruh perhatian sangat besar pada dunia literasi. Menurut dia, Ibnu Sutowo menginginkan agar pengetahuan seluruh karyawan Pertamina dapat selalu dikembangkan.
"Bahkan, perpustakaan Pertamina menggunakan kutipan favorit pak Ibnu Sutowo, bekerja sambil belajar, belajar sambil bekerja," ungkap dia.
Ibnu Sutowo merupakan salah satu orang yang cukup berpengaruh di Pertamina kala itu. Dia dianggap sebagai sosok yang menjayakan Pertamina.
Tetapi, Ibnu Sutowo ternyata memiliki catatan kelam. Dalam tajuk rencana yang dimuat harian Indonesia Raya edisi 17 Januari 1970, Mochtar Lubis menuding Ibnu Sutowo telah melakukan penyimpangan.
Pasalnya, Ibnu Sutowo memiliki uang simpanan sebesar Rp 0,48 milyar (kurs rupiah saat itu Rp 400 per dolar) dan melaporkan kerugian negara akibat kerjasama Ibnu Sutowo dengan pihak Jepang mencapai USD 1.554.590,28.
Dalam tajuk-tajuknya, pemimpin redaksi Harian Indonesia Raya, Mochtar Lubis, keras mengkritik Ibnu Sutowo dan penyimpangan-penyimpangan di Pertamina. Mochtar Lubis mempertanyakan asal kekayaan Ibnu Sutowo yang tak jelas asal usulnya. Juga 'kedermawanan' Ibnu Sutowo yang bisa membagikan uang hingga USD 500.000 setiap tahunnya. Kontrak-kontrak Pertamina yang janggal, hingga laporan keuangan Pertamina yang sangat tertutup.
"Lebih menarik lagi ialah cerita Ibnu Sutowo bahwa dia punya perusahaan ekspor tembakau yang katanya besar, perkebunan karet dan apotek-apotek. Diakuinya pula ada enam atau tujuh perusahaan, yang semuanya, katanya, diurusnya dalam waktu senggangnya," tulis Mochtar Lubis 19 Oktober 1970.
Sumber: merdeka.com
Comments
Post a Comment