TAHUN ajaran baru SD sebentar lagi. Biasanya pada bulan Juni atau Juli. Di beberapa sekolah swasta, penerimaan murid baru SD bahkan sudah mulai dibuka. Tak ada syarat khusus untuk calon murid baru. Selama usia memenuhi syarat, maka calon murid dapat diterima sekolah. Misalnya untuk SD negeri, umumnya memprioritaskan menerima anak-anak berusia 7 dan 6 tahun tanpa tes atau seleksi ketat.
Sedangkan di sekolah swasta biasanya menerima anak-anak yang berusia 5 tahun 7 bulan atau mendekati usia 6 tahun. Namun mereka diwajibkan mengikuti serangkaian tes yang telah dirancang sekolah. Tes psikologi dilakukan untuk mengetahui kesiapan anak saat sekolah kelak, juga untuk mengetahui apakah anak mengalami gangguan konsentrasi atau tidak. Tes lainnya bisa berupa kecakapan menjawab pertanyaan, menuliskan nama, dan membaca kosakata sederhana. Nah, ini yang penting, sudahkan putra dan putri Anda bisa membaca sebelum masuk SD?
MEMBACA MENYENANGKAN
Belajar membaca pada anak bawah lima tahun (Balita) seharusnya menjadi proses yang menyenangkan dan alami. Ibu sebagai orang terdekat bisa menumbuhkan minat membaca anak sejak usia dini. Caranya dengan membacakan buku cerita setiap hari dan usahakan buku tersebut berwarna cerah. Kapan sebenarnya anak mulai diajarkan membaca? Beberapa ahli menyarankan anak sudah mulai diajarkan membaca sejak bayi. Dorothy Butler, seorang ahli membaca dan penulis dari Selandia Baru bahkan menyarankan untuk membacakan dan menunjukkan buku bersampul dengan warna mencolok pada anak sejak bayi.
Sementara Glenn Doman, pendiri The Institutes for the Achievement of Human Potential (IAHP), mengatakan belajar membaca sama mudahnya dengan belajar berbicara. Malah sebenarnya lebih mudah lagi, karena kemampuan melihat telah terbentuk sebelum kemampuan berbicara. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikenal anak. Ibu memperkenalkan kata-kata dengan cara alami, yaitu langsung menamai kegiatan atau benda yang dimaksud. Misalnya, pada saat memasukkan makanan ke dalam mulut, ibu menyampaikan bahwa kegiatan tersebut namanya makan tanpa memberikan penjelasan tentang pengertian makan.
Dari sini seharusnya kemampuan membaca akan berkembang secara alami bersamaan dengan kemampuan berbicara anak. Contoh lain, ketika anak memegang buah apel. Ibu akan memperdengarkan pada mereka bunyi kata apel, juga tulisan apel. Anak akan mendengar, menyentuh, membaui, dan dapat merasakannya langsung. Anak-anak telah belajar mengucapkan dan membacanya.
Metode Doman yang terkenal mengajarkan para orangtua untuk tidak hanya mengatakan kata-kata baru pada anak-anaknya, tetapi juga menunjukkan tulisan kata-kata dengan huruf cetak setinggi 7 cm, dan menempelkannya pada benda yang dimaksud. Lalu, apakah memberikan pelajaran membaca pada anak usia dini dapat merampas masa kanak-kanak mereka? Sejak dahulu hingga saat ini, pertanyaan tersebut masih saja menjadi perdebatan di kalangan pendidik usia dini.
Sebagian ahli mengatakan, pelajaran membaca baru dapat diajarkan setelah anak masuk SD, sebagaimana kebijakan kurikulum TK saat ini yang tidak mengajarkan membaca pada kegiatannya. Padahal, kita tahu bahwa pelajaran kelas 1 SD akan mudah dipahami oleh anak-anak yang tidak saja bisa membaca, tetapi bisa memahami apa yang dibacanya.
Selama kita bisa mengajarkan anak-anak dengan cara yang menyenangkan melalui kegiatan bermain, anak pasti menikmati. Orangtua harus menikmati waktunya saat mengajari anak. Jika orangtua mulai emosi, lelah, dan tidak dapat menikmati waktunya, demikian pula dengan anak, maka segera hentikan kegiatan belajar. Doman menyebutnya sebagai aturan jaga-jaga, dan telah mengajarkannya pada semua ibu.
SIAP MEMBACA
Sebelum mengajarkan anak membaca, kita harus mengetahui bahwa anak telah memiliki kesiapan belajar. Adapun tanda kesiapan membaca dapat diketahui dari beberapa hal berikut ini. Apakah anak dapat memahami bahasa lisan? Apakah anak dapat melafalkan kata-kata dengan jelas? Apakah anak dapat mengingat kata-kata? Apakah anak dapat mengucapkan bunyi huruf? Apakah anak sudah menunjukkan minat membaca? Apakah anak dapat membedakan bunyi dengan baik?
Setelah mengetahui anak telah memiliki kesiapan belajar membaca, yang dilakukan orangtua atau guru selanjutnya adalah, mengembangkan kemampuan membaca dengan cara sebagai berikut. Kemampuan membedakan auditorial, yakni anak-anak harus memahami suara-suara umum di lingkungan mereka. Mereka harus memahami suara yang dihasilkan oleh konsonan atau vokal.
Juga kemampuan diskriminasi visual, kemampuan membuat hubungan suara simbol, kemampuan perseptual motoris, dan kemampuan bahasa lisan. Serta membangun sebuah latar belakang pengalaman, interpretasi gambar, progesi dari kiri ke kanan, kemampuan merangkai, penggunaan bahasa mulut, pengenalan melihat kata, lateralisasi, dan koordinasi gerak.
PERKEMBANGAN
Menurut Cochrane Efal, tahapan perkembangan kemampuan dasar membaca pada anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam beberapa tahap. Yakni, tahap fantasi (magical stage). Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, ia akan membolak-balik buku, atau membawa buku kesukaannya. Orangtua yang melihat anaknya demikian hendaknya memberikan pemahaman tentang pentingnya membaca, dan mulai membacakan buku dan mendiskusikannya bersama anak. Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage). Pada fase ini, anak memandang dirinya sebagai pembaca dan mulai pura-pura membaca buku.
Rangsangan yang dapat dilakukan orangtua adalah dengan membacakan buku pada anak. Anak harus diberi akses untuk mendapatkan buku-buku kesukaannya. Tahap membaca gambar (bridging reading stage). Anak dapat menemukan kata yang sudah dikenalnya. Peran orangtua untuk terus membacakan buku pada anaknya masih harus dilanjutkan. Anak harus diberikan kesempatan membaca sesering mungkin. Selain itu, anak mulai dikenalkan pada berbagai hal, dapat pula disampaikan melalui lagu dan puisi. Tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage).
Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphophonic, semantic dan syntactic) secara bersamaan. Anak mulai membaca semua tulisan yang ditemukan di sekitarnya, misalnya membaca kemasan susu, spanduk, dan baliho. Jangan terburu-buru memaksa anak membaca dengan sempurna. Orangtua tetap terus membacakan buku untuk anak. Tahap membaca lancar (independent reader stage). Anak dapat membaca semua buku.
Sebagai kontrol untuk mendorong anak memperbaiki bacaannya , orangtua masih tetap membacakan buku pada anak. Orangtua juga harus bisa mengarahkan anak untuk memilih bacaan yang sesuai. Orangtua memiliki peran penting untuk menumbuhkan kecintaan Balita terhadap buku yang kemudian mendorongnya memasuki tahapan belajar membaca secara alami. Membacakan buku setiap hari kepada anak adalah tindakan ampuh untuk menumbuhkan minat bacanya.
Anak-anak yang dapat membaca pada usia dini umumnya lebih maju di sekolahnya. Bahkan beberapa penelitian di antaranya yang dilakukan oleh Durkin tentang pengaruh membaca dini pada anak-anak, menyimpulkan bahwa tidak ada efek negatif pada anak-anak yang diajari membaca dini. Tentu saja kegiatan belajar membaca pada anak usia dini tersebut dilakukan dengan cara yang menyenangkan, tanpa paksaan, dan yang dilakukan melalui kegiatan bermain.
Sumber: kaltimpost.co.id
Comments
Post a Comment