Perpustakaan Seharusnya Berbasis Digital

Jakarta - Pengelola perpustakaan harus mampu memanfaatkan serbuan teknologi informasi (TI) yang kian gencar. Ini penting, terutama meningkatkan ketertarikan masyarakat untuk berkunjung dan membaca di perpustakaan.


Salah satu strategi yang mengedepankan TI ini adalah dengan menyiapkan fasilitas online bagi pengunjung. Fasilitas ini mengarah kepada tren digital library atau perpustakaan digital.


“Cara ini akan memudahkan pengunjung mencari buku yang diinginkannya,” ujar Kepala Humas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Agus Sutoyo, di Jakarta, Selasa (25/2).


“Apalagi saat ini ada kewajiban bahwa setiap perpustakaan baik di provinsi maupun kabupaten/kota harus menyediakan sarana online berupa internet selain fasilitas konvensional bagi pengunjung,” sambungnya.


Hal ini juga dibenarkan oleh Erlyn Sulistyaningsih, Direktur Program PerpuSeru, yang sejauh ini telah memberdayakan 34 perpustakaan umum pemerintah di 16 provinsi di Indonesia melalui penyediaan akses Komputer dan Internet.


Menurut Erlyn, tak hanya mendorong minat masyarakat untuk datang lebih sering ke perpustakaan untuk belajar, teknologi juga memberikan masyarakat akses yang lebih luas terhadap informasi, serta mendorong iklim bisnis yang kompetitif.


Melalui program yang diinisiasikan Bill & Melinda Gates Foundation ini, lebih dari 5,000 pengguna perpustakaan di seluruh Indonesia telah mendapat pelatihan komputer dan internet, dan lebih dari 3,5 juta orang telah mendapat kesempatan untuk mencari pekerjaan atau informasi untuk mengembangkan bisnisnya lewat internet.


“Lewat program Perpuseru ini, perpustakaan dapat memberi manfaat langsung kepada anggota masyarakat yang tidak memiliki perangkat komputer dan internet di rumah, sekaligus berperan sebagai rumah belajar (learning centre),” kata Erlyn Sulistyaningsih Direktur Program PerpuSeru, dalam keterangan persnya, Selasa (25/2).


Meski demikian, kata Agus, hampir semua perpustakaan baik perpustakaan nasional, provinsi maupun kabupaten/kota telah menerapkan perpustakaan digital. Namun, jika ukurannya adalah e-book atau e-journal, tentu memang tidak semua perpustakaan mampu menyediakannya.


“Fasilitas ini hanya tersedia di perpustakaan nasional. Selain investasinya yang mahal, juga terbentur dengan masalah HKI karena tidak semua buku bisa dicopy dan dimasukkan ke e-book,” ujarnya sambil menambahkan bahwa koleksi buku perpustakaan nasional yang bisa dilihat secara e-book maupun e-journal sudah mencapai lebih dari 4.000 koleksi.


Sumber: inilah.com

Comments