Bandung: Lemari buku kecil berukuran 1 x 1.5 meter menempal di dinding sebuah pangkalan ojeg di Jalan Cikutra Bandung, Jawa Barat. Di dalam rak berwarna coklat itu terdapat puluhan buku dengan berbagai tema. Ada buku tentang motivasi, ilmu pengetahuan, agama, dan novel, serta majalah. Sambil menunggu penumpang, beberapa tukang ojeg tampak menyibukkan diri membolak-balik lembar buku yang akan dibacanya.
Adi Warsidi, salah seorang tukang ojeg di pangkalan tersebut terlihat asik membaca sebuah artikel mengenai pertanian. Ia membaca sambil menunggu gilirannya mengojeg. Lelaki yang sudah sepuluh tahun menjadi tukang ojeg itu mengaku menjadi banyak tahu ketika membiasakan diri membaca sambil menunggu penumpang.
“Sambil menunggu bagian saya mengantar pelanggan, saya mencicil membaca semua buku yang ada. Ternyata ada perpustakaan di sini banyak manfaatnya juga,” ujar Adi pada Tempo di pangkalan ojeg Jalan Cikutra Bandung, Selasa 11 Februari 2014.
Layanan perpustakaan di pangkalan ojeg Cikutra Bandung itu dikenal dengan Pangkalan Ojeg Pintar. Perpustakaan mini yang baru diresmikan Sabtu 8 Februari 2014 lalu itu merupakan inisiatif dari Komunitas penggiat minat baca dan perpustakaan KEBUKIT (Kelola Buku Kita) yang berkolaborasi dengan para tukang ojeg.
Ketua Komunitas Kebukit Nuriska Fahmiany mengatakan, layanan perpustakaan di pangkalan ojeg ini merupakan program untuk meningkatkan minat baca masyarakat, khususnya tukang ojeg dan tukang becak. “Ide awalnya itu karena sering melihat tukang ojeg dan tukang becak yang memiliki banyak waktu luang sambil menunggu penumpang. Kita ingin waktu luangnya lebih bermanfaat dengan membaca," ujar Riska.
Menurut dia, tukang ojeg itu memiliki komunitas dan tempat yang strategis untuk mendirikan sebuah perpustakaan mini. Lewat perpustakaan itu, Riska berharap, itu bisa menambah pengetahuan para tukang ojeg dan meningkatkan taraf hidup mereka. "Sedikit demi sedikit kami ingin menularkan virus membaca. Dengan begitu bisa meningkatkan taraf hidup mereka," kata Riska.
Komunitas Kebukit juga menyediakan buku pantauan untuk laporan membaca para tukang ojeg dalam kurun waktu dua hingga tiga bulan. Setiap orang yang membaca diharuskan menuliskan buku apa saja yang sudah dibacanya. Bagi yang rajin membaca akan diberi reward untuk mengikuti seminar gratis mengenai bidang yang diminati. Selain itu, ada juga kegiatan share book, dimana para tukang ojeg bisa saling menceritakan buku-buku yang telah dibacanya.
"Ini proyek perpustakaan pangkalan ojeg pertama di Bandung. Rencananya kami akan membuka titik-titik perpustakaan di pangkalan ojeg lain. Kami berikan kepercayaan pada tukang ojeg untuk mengelola dan merawat buku-bukunya sendiri," kata perempuan yang pernah mengikuti Ekspedi Bakti Menko Kesra Nusantara tahun 2013 itu.
Sumber: tempo.co
Comments
Post a Comment