Masalah pendidikan di Banten masih jauh dari layak. Elite politik sibuk bertarung, anak-anak sekolah pun tak diperhatikan. Di Lebak, kubu Jayabaya bersaing dengan kubu Chosiyah saal Pilkada. Kasus ini pula yang menyeret Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, Ratu Atut Chosiyah dan adiknya Tubagus Wawan menjadi tersangka kasus suap.
Sementara itu pendidikan di Lebak masih memprihatinkan. Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak mengaku masih kekurangan buku dan fasilitas perpustakaan.
"Kita terus mengusulkan pembangunan sarana perpustakaan sekolah melalui bantuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga pemerintah daerah," kata Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Lebak Asep Komar Hidayat di Rangkasbitung, Rabu (8/1).
Asep mengatakan, saat sarana perpustakaan sekolah yang ada hanya baru 30 persen dari berbagai jenjang pendidikan mulai SD/SMP dan SMA/SMK.
Karena itu, pihaknya tahun 2014 akan menambah jumlah perpustakaan sekolah melalui bantuan APBN dan APBD Kabupaten Lebak.
Bantuan perpustakaan itu terdiri dari gedung ruangan dan kelengkapan buku-buku mata pelajaran dan buku pengetahuan umum serta keterampilan. Sebab perpustakaan sangat membantu peningkatan mutu dan kualitas pendidikan, selain proses kegiatan belajar mengajar di sekolah.
"Kami menargetkan ke depan seluruh sekolah memiliki sarana gedung perpustakaan berikut buku-bukunya untuk dijadikan referensi mata pelajaran dan meningkatkan wawasan pengetahuan umum," katanya.
Menurut dia, selama ini minat siswa gemar membaca buku di Kabupaten Lebak relatif rendah karena berbagai faktor antara lain terbatasnya sarana perpustakaan. Selain itu juga faktor budaya masyarakat serta mahalnya buku-buku di pasaran.
Pemerintah daerah mendorong siswa maupun masyarakat gemar membaca melalui kendaraan perpustakaan keliling. Bahkan, setiap sore hari kendaraan perpustakaan mangkal di Alun-alun untuk melayani masyarakat gemar membaca dengan gratis.
"Kami nantinya seluruh siswa diwajibkan membaca jika sarana perpustakaan terpenuhi," katanya.
Kepala SMA Negeri 1 Cibadak Kabupaten Lebak Tuti Tuarsih mengaku siswa gemar membaca di sekolahnya masih rendah karena terbatasnya buku-buku juga belum memiliki tenaga perpustakaan. Saat ini, buku-buku yang ada hanya buku mata pelajaran sekolah.
Pihaknya mendorong siswa gemar membaca dengan mewajibkan seluruh siswa membaca buku-buku mata pelajaran.
Sebab siswa pada akhir semester diwajibkan membuat rangkuman sebagai implentasi siswa membaca buku pelajaran tersebut.
"Kami memerintahkan seluruh guru mata pelajaran diwajibkan pada siswa untuk gemar membaca buku mata pelajaran," katanya.
Sumber: merdeka.com
Comments
Post a Comment