Kehidupan ini adalah cerita..
Setiap orang punya cerita..
Jadi, berceritalah..
Jakarta, Sejak jaman dulu, bercerita adalah salah satu media seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Mereka menceritakan berbagai hal dari mulut ke mulut (getok tular). Cerita yang tersebar dan diceritakan turun temurun sampai sekarang dan menjadi kekayaan intelektual suatu daerah dan bangsa.
Dalam sebuah keluarga, bercerita adalah kesempatan orang tua dan anak untuk berkomunikasi. Lewat bercerita, orang tua bisa menyampaikan pesan tanpa maksud menggurui. Di level sekolah, hampir semua pelajaran disampaikan dengan bercerita, baik didepan kelas atau dibaca di buku. Cerita menjadi bagian dari kehidupan seseorang yang bisa diceritakan kepada orang lain.
Lewat bercerita, kita mampu mencerdaskan anak secara EQ (Emotional Quetion), dan SP (Spiritual Quetion). Selain dapat meningkatkan kemampuan EQ dan SQ anak, manfaat lain dari bercerita yakni sebagai sarana efektif untuk menyampaikan pendidikan nilai-nilai luhur, menambah pengetahuan, dan menjadikan anak menganalisa dari cerita yang disampaikan. “Yang utama dari manfaat bercerita yaitu menumbuhkan minat baca,” beber Remon Agus, salah satu penulis dan penerbit buku anak pada workshop Story telling yang diselenggarakan di Hotel Balairung, (3/12). Workshop dihadiri oleh 130 peserta berlatar belakang mayoritas guru PAUD/TK/TPA, ibu rumah tangga dan pustakawan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa anak jaman sekarang lebih mengenal Angry Bird ketimbang cerita Timun Mas dan sebagainya. Lebih memilih menonton televisi dibandingkan membaca. Lebih suka chatting daripada ngobrol dengan seseorang. "Di Indonesia, keberadaan buku, lagu, tayangan untuk anak sudah mulai langka. Kalaupun ada, dikemas dalam bentuk yang tidak baik, yang terjadi malah vandalisme (pengrusakan) pemikiran polos mereka,” ucap Deputi I Perpusnas Welmin Sunyi Ariningsih saat mengomentari maraknya suguhan anak yang ‘terlalu dewasa’ untuk usianya. Welmin mencontohkan negara Jepang. Di negeri Matahari Terbit itu, cerita anak yang beredar lebih mengedepankan sisi heroik dan sportifitas. Sehingga tidak heran, dengan penanaman karakter tersebut sejak dini menjadikan masyarakat Jepang maju di banyak bidang iptek.
Dunia anak adalah dunia yang natural. Golden age (usia emas) mereka adalah belajar dan bermain. Jika kombinasi keduanya berjalan seimbang, maka pertumbuhan mereka di masa dewasa tidak akan menyimpang.
Dongeng, kisah fantasi, petualangan, cerita rakyat (folklore), fabel (cerita binatang) merupakan jenis-jenis cerita anak yang biasa digunakan kalangan orang tua dan pendidik dalam mengenalkan hal-hal positif pada anak. Mendongeng atau membaca keras (read aloud) merupakan aktivitas sederhana yang dan juga menjadi hal yang efektif karena sanggup mengkondisikan otak anak untuk mengasosiasikan membaca dengan kesenangan disamping membangun suasana belajar yang menyenangkan.
Dalam membaca keras juga diajarkan contoh proses dan strategi membaca yang baik. Jangan lupa menyelipkan pesan moral agar bisa memberikan pencerahan/makna kepada anak-anak. “Pesan moral dalam cerita anak adalah suatu keharusan,” ujar Ariyo Faridh, seorang pengdongeng nasional dan juga pustakawan. Tidak kalah pentingnya setelah dongeng dilakukan yaitu melanjutkan dengan diskusi (materi ajar) dan memberi ruang bagi anak/siswa untuk mengembangkan ide-ide terkait dengan bacaan. Jadi, dongeng merupakan elemen penting untuk meningkatkan budaya baca anak.
Sumber: pnri.go.id
Comments
Post a Comment