Panggilan jiwa dapat diwujudkan dalam beragam cara. Para volunteer Ruang Bebas Baca (RBB) mengekspresikannya dalam bentuk kegiatan sosial. Yakni mengajar anak-anak dan masyarakat umum di Palembang membaca dan menulis.
-----------
DIAN CAHYANI – Palembang
-------------------
Puluhan anak berkumpul di taman umum kota kawasan Kampus POM IX, seberang kantor TVRI Palembang. Anak-anak beragam usia dan asalnya itu terlihat serius belajar. Ada yang membaca dan sebagian lain menulis.
Beberapa pemuda pemudi terlihat mengajari mereka. Di sudut lain, tak jauh dari lokasi berkumpulnya anak-anak itu, tampak puluhan buku berjejer rapi. Buku itu ternyata bebas dibaca masyarakat yang melintas ataupun nongkrong di taman tersebut.
Buku-buku itu disiapkan memang untuk dibaca secara gratis, plus snack dan minuman pelepas dahaga. Inilah cara RBB menumbuhkan minat belajar, khususnya membaca dan menulis kepada generasi muda dan masyarakat Palembang.
RBB sendiri sebuah perkumpulan dengan anggota sekitar 20 orang lebih remaja yang punya kegemaran serta semangat yang sama, ingin mencerdaskan kehidupan anak-anak bangsa. RBB dibentuk awal Januari 2013 lalu.
“Awalnya ada beberapa kawan yang punya misi sama. Akhirnya terbentuk secara kolektif RBB ini,” kata Dodis, Humas RBB, memulai perbincangan dengan Sumatera Ekspres. Dari 20 volunteer yang bergabung, ada sekitar 10 anggota aktif.
Meski volunteer RBB masih sedikit, namun sudah terbentuk struktur kepengurusan yang jelas. Mulai dari ketua, wakil, bendahara, sekretaris, humas hingga lainnya. “Bisa dibilang, kami merupakan kumpulan orang-orang yeng sangat senang dan sedang membangun jiwa sosial,” lanjutnya.
Untuk volunteer sendiri, basic-nya gabungan untuk umum, mahasiswa, mahasiswa PKL, pekerja, dan lainnya. Setiap Minggu sore, mulai pukul 14.00 WIB - 18.00 WIB, para volunteer RBB selalu menyempatkan diri ngumpul di taman kota, Jl Kampus Pom IX. “Kami enjoy. Selain bisa berkumpul, bercanda dan menyambung silaturahmi dengan para volunteer lainnya, kami juga membawa koleksi buku untuk dipajang dan dibaca masyarakat yang mampir atau melintas di sana,” beber Dodis.
Hingga kini, sudah ratusan buku yang dipajang. Mulai dari majalah, buku pelajaran, novel, komik, resep memasak, buku ilmu pengetahuan hingga beberapa jenis buku bermanfaat lainnya. Karena sangat terbuka, pengunjung makin banyak.
“Kami ingin menunjukkan bahwa perpustakaan juga buka pada hari libur. Ini sekaligus bentuk perlawanan terhadap pemerintah yang biasa menutup perpustakaan setiap Minggu. Padahal, hari Minggu merupakan hari yang tepat untuk membaca,” imbuhnya.
Dibentuk pula kelas khusus setiap Minggu sore. Para pengajarnya adalah para volunteer RBB. Ada yang menguasai bahasa Inggris, matematika, pengetahuan sosial, pengetahuan alam, dan lainnya. Semuanya diajarkan secara gratis kepada anak-anak dan masyarakat yang memang ingin belajar.
Para volunteer RBB berharap, dengan cara ini, mereka dapat menggerakkan minat baca masyarakat. Diakui Dodis, mayoritas peserta kelas belajar ini didominasi anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) dengan rentang usia 6-13 tahun. Pelajaran yang diajarkan setiap Minggu berdasarkan request (permintaan) mereka.
Ada juga yang membawa pekerjaan rumah (PR) untuk didiskusikan serta dibahas secara bersama-sama. Dalam seminggu, bisa satu atau dua pelajaran yang diajarkan. Terkadang, diadakan juga kelas bermain dan bernyanyi bersama untuk menjaga semangat mereka supaya tetap mau dan antusias untuk belajar.
Lewat secuil kegiatan positif ini, volunteer RBB berharap anak-anak Indonesia lebih cerdas untuk memandang hidup. Karena berdasarkan temuan di lapangan, ternyata masih banyak generasi muda yang tidak bisa membaca. “Lakukan sesuatu (do it something) untuk mencerdaskan anak bangsa. Itulah motto kami,” pungkas Dodis.
Sumber: sumeks.co.id
Comments
Post a Comment