SEMARANG - Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro menyelenggarakan seminar nasional dengan tema Kompetensi Pengelola Informasi di Era Globalisasi, di Gedung Prof Soedarto, kampus Undip Tembalang, baru baru ini.
Hadir sebagai pembicara antara lain Kabid Dokumentasi Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) Drs Sobari MSi, dosen Ilmu Perpustakaan Undip Dra Sri Ati MSi, dan Pendiri Perpustakaan Anak Bangsa, Eko Tjahyono.
Menurut Sri Ati, pada era globalisasi, seorang pustakawan dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
”Pustakawan yang profesional harus memahami dengan baik mengenai kompetensi teknik, kompetensi dasar, dan kompetensi manajerial. Kompetensi teknik meliputi pengetahuan tentang terbitan, alat seleksi, transaksi pengadaan bahan pustaka, katalog hingga indeks buku,” terangnya.
Selebihnya, kompetensi dasar berfokus pada keterampilan komunikasi lisan dan tulisan serta bekerja sama dalam tim. Adapun kompetensi manajerial berkaitan dengan kemampuan memecahkan permasalahan perpustakaan, menganalisis data, menganalisis risiko, hingga menyiapkan bahan laporan.
Sobari menambahkan, pengelola informasi termasuk pustakawan pada era globalisasi dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan dalam menyimpan, mengorganisasikan, dan menyebarkan informasi. Itu menjadi sebuah keharusan.
Eko Tjahyono mengaku memiliki perpustakaan tapi tidak memiliki kompetensi secara formal tentang ilmu perpustakaan. ”Setiap ada kunjungan dari dinas ataupun birokrat, mereka selalu mengatakan ini perpustakaan liar. Bagi saya itu tidak masalah karena Perpustakaan Anak Bangsa tujuannya menumbuhkan, menanamkan, dan membudayakan minat baca di lingkungan masyarakat yang akan membantu memberantas buta huruf dan meningkatkan wawasan masyarakat di pedesaan,” ujarnya.
Di sisi lain, perpustakaan banyak didirikan tapi memiliki banyak persyaratan dan berkesan hanya orang terpelajar yang masuk ke perpustakaan. Ironisnya, petugas perpustakaan juga sebagian lebih senang tidak ada pengunjungnya agar koleksi bukunya tidak hilang.
Sumber: suaramerdeka.com
Comments
Post a Comment