YOGYAKARTA, Lesehan di Jalan Malioboro Yogyakarta, bukan hanya untuk menikmatan kuliner. Ada juga beberapa orang yang lesehan justru sedang membaca buku-buku. Mereka mengambil buku dari salah satu rak buku berisi beragam judul buku. Semuanya ada tiga rak buku yang dipajang di lesehan Malioboro malam, dan dua rak buku yang dipajang di angkringan mulai pagi hingga siang.
Menurut Welly, Kordinator pustaka Lesehan Buku Malioboro, keberadaan buku di lesehan bukan tanpa alasan. “Oh ya pa, memang sengaja kami mengadakan pustaka khusus lesehan buku untuk pengunjung dan pedagang di Malioboro. Jadi jangan kaget jika ditemukan para pengunjung lesehan Malioboro baca buku sambil menunggu pesanan datang. Sudah lebih seminggu ini, pengadaan buku bacaan gratis untuk pengunjung lesehan diadakan. Kami uji coba dulu di satu lapak lesehan dengan tiga rak buku yang berisikan sekitar 25 buku lebih,” kata Welly, yang juga pedagang kaos di Malioboro.
Welly bangga program yang tergolong nekat berupa pengadaan buku (perpustakaan keliling) ini terwujud. “Ini akan menambah keistimewaan kota Yogya. Kami bangga bisa berbuat sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan para pedagang. Bahkan para penjaga toko-toko swalayan yang berjejer sepanjang Malioboro ini juga berlangganan pinjam buku bacaan,” ujar Welly, asli warga Padang.
Sementara Aep Saiful Rahman , pedagang asong rokok yang bertugas menjadi pelaksana penyebaran buku-buku di Malioboro, mengatakan buku kini bisa jadi teman baru lesehan Malioboro. Setiap hari, disela-sela kesibukan dagang rokok, Aep merapikan dan memajang buku-buku di berbagai rak yang sudah disiapkan untuk para pengunjung lesehan secara gratis.
Sambil tersenyum, Ketua Pedagang Asong Pamarta ini menjelaskan, kalau pagi buku perpustakaan disalurkan dengan memakai roda dorong. Waktunya mulai buku toko sampai siang. Setiap Senin- Rabu, waktunya meminjam buku, sementara pada saat keliling Kamis-Jumat adalah penagihan buku yang dipinjam. Tetapi pagi hari, buku juga dipajang di angkringan Malioboro. Sekitar pukul 14.00, buku dan rak bukunya dari angkringan diambil lagi dan dipersiapkan untuk dipajang di lesehan pada malam hari.
“Setiap Senin saya gogorowokan (teriak) pinjam atau baca buku, memakai megaphone sambil mendorong gerobak menginformasikan waktunya pinjam buku. Tanggapannya luar biasa, suatu saat buku yang dipinjam sempat habis sampai 700 buah buku,” kata Aep tertawa tanpa melepaskan jari tangannya dari rokok.
Bagaimana dengan biaya operasional ? Inilah luar biasanya para pengagas pustaka itu. Mereka tidak mengutip pinjaman buku dari pengunjung lesehan dan pedagang. Semuanya gratis. Mereka berjibaku secara mandiri, kalau ada iuran sifatnya alakadarnya. Hal itu pun diarahkan untuk merawat buku atau bahkan membeli buku-buku baru., selain ada menerima sumbangan buku dari berbagai lembaga. “Gerobak dorong buku ini saja masih ngutang,” ujar Aep dan Welly.
Welly dan Aep secara bergantian mengatakan, program ini namanya Pustaka Mletik Mali yang bisa diartikan tumbuh cerdas. “Kami bangga ide ini lahir dari kami sendiri, untuk sesama agar pinter dan melek informasi. Bahkan kegiatan dapat disebut memperkuat kota Yogya sebagai kota pendidikan, sehingga semua warganya tidak lepas dari bacaan informasi yang bermutu,” ujar Welly.
Menurut Sujarwo Putera, Ketua Presidium Paguyuban Pedagang Malioboro ketika ditemui secara terpisah Kamis siang, program lesehan dan angkringan buku ini untuk menegaskan Yogya sebagai kota buku dan kota pendidikan. “Kami membangunnya dengan keyakinan, budaya baca masyarakat berhubungan dengan kemudahan terhadap akses mendapatkan buku, selain memang menambah keunikan bagi Malioboro sebagai kawasan tujuan wisata.
Uji coba pengadaan buku ini akan dilakukan sampai akhir Desember atau dua bulan. Jika segala sesuatunya sudah diketahui selama kurun waktu ujicoba itu, barulah program pustaka Mletik Mali ini akan di grandluaching pada bulan Januari 2014. Sebenarnya program ini sudah berjalan selama empat tahun terakhir ini. Awalnya penyebaran buku dilakukan dengan memakai tempat asongan seperti untuk jualan rokok, kemudian diganti troli, tapi rusak dan akhirnya memakai gerobak dorong. Dulu arahnya kepada para pedagang sepanjang Malioboro, tapi kini juga untuk pengunjung angkringan dan lesehan.
Kendati masih dalam tarap ujicoba, banyak kalangan menilai gagasan buku bacaan bermutu dijalanan Malioboro patut diacungi jempol. Kecantikan jalanan Malioboro kian memesona, setelah beberapa waktu lalu dipasang lampu-lampu hias, kini diadakan buku bacaan, bahkan buku menjadi menu baru Lesehan Malioboro
Sumber: pikiran-rakyat.com
Comments
Post a Comment