Buku Rp 10 Ribuan Diserbu

SEMARANG, Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang bersama mitra kerja Three G Production menyelanggarakan pameran buku bertajuk "Pesta Semarang Sejuta Buku 2013" Buku Amunisi Peradaban mulai Rabu-Selasa (6-12/11) di Gedung Wanita Jalan Sriwijaya No 29.


Pameran yang diikuti oleh penerbit ternama seperti Diva Press, Kompas Gramedia, Gema Insani Press, Yayasan Obor, dan sejumlah toko buku di Jawa Tengah itu juga menampilkan beragam acara. Seperti lomba menyanyi untuk siswa SD dan SMP, sosialisasi dan edukasi reptil, talkshow, lomba tari kreasi, lomba band pelajar, seminar dan pelatihan menulis fiksi, lomba nembang macapat, dance competition dan drama parodi.


Beberapa stan yang ada pun berlomba menggelar diskon hingga banting harga. Seperti yang ada di stan Yusuf Agency yang memberikan harga mulai Rp 10 ribuan untuk beragam jenis novel dan stan Diva Press yang memberikan potongan harga 10 persen hingga 15 persen.


Puluhan pengunjung pun nampak memadati stan tersebut untuk mendapatkan buku yang diinginkan, kemarin. Seperti yang dilakukan Umi Khasanah (21) dan Ulfa Dwi (22), warga Sayung, Kabupaten Demak yang juga mahasiswa Undip. Beberapa buku nampak memenuhi keranjang belanjanya. ''Bukunya bagus-bagus, bermutu dan murah. Makanya, saya memborong. Dan sampai siang ini sudah habis Rp 300 ribu,'' ujarnya, kemarin.


Penggagas acara, Hinu dari 3g Production menjelaskan, sebelum pameran dibuka, pada Jumat-Sabtu (1-2/11) lalu melakukan publikasi kepada asyarakat di Kota Semarang dengan wahana media instalasi display resin buku.


''Instalasi display resin buku itu kami letakkan di jalan-jalan protokol di Kota Semarang disertai performance art dalam bentuk pantomim, teatrikal, pembacaan puisi, musik dan tari. Selama intalasi tersebut di tempatkan, disertai pula pembagian selebaran informasi pameran buku. Selebaran tersebut sekaligus sebagai media lomba karya tulis, menggambar, masyarakat bebas menuangkan ide-ide yang dapat dikerjakan di sisi balik selebaran yang nantinya bisa dilombakan,'' paparnya.


Menurutnya, performance art yang dilakukan di ruang publik itu sebagai salah satu cara publikasi eco – desaign yaitu desain ramah lingkungan, dimana selebaran yang berisi informasi acara kembali ke panitia, sehingga sampah media publikasi seperti flayer menjadi tanggung jawab penyelenggara.


Sumber: suaramerdeka.com

Comments