Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono bersama Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman yang turut mendampingi, dan beberapa pejabat mengunjungi Perpustakaan Proklamator Bung Hatta di Bukittingggi, Selasa (29/10) sore.
Seperti terungkap dalam siaran pers DPD RI, Kamis (31/10/2013), Presiden mengajak masyarakat membaca pandangan para pendahulu dan pendiri republik (the founding fathers) ini, niscaya akan mendapatkan inspirasi.
Presiden mengingatkan, kalau rajin membaca pandangan mereka, misalnya ketika sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada Juni, Juli, dan Agustus sebelum proklamasi kemerdekaan, seperti pandangan Bung Karno, Bung Hatta, Yamin, Sutomo, dan pandangan banyak tokoh waktu perjuangan itu, maka pasti menemukan pikiran emas mereka.
“Bacalah pandangan Bung Karno, Bung Hatta, Soepomo, dan lainnya. Pasti akan kita temukan pemikiran emas dari para founding fathers tersebut,” kata Presiden saat mengunjungi perpustakaan salah satu sang proklamator, seusai ia memimpin rapat koordinasi yang membahas pangan. “Kalau saya melihat secara khusus, pikiran besar Bung Karno dan Bung Hatta itu saling melengkapi,” katanya.
Di mana pemikiran emas Bung Karno dan Bung Hatta yang saling melengkapi itu? Bung Karno memiliki pikiran ke-Indonesia-an yang majemuk atau beragam, dan ia memperjuangkannya susah payah ketika terjadi sejumlah konflik kedaerahan. Bung Karno menggarisbawahi betapa pentingnya semangat kebangsaan atau nasionalisme. Bung Hatta juga memiliki pikiran bahwa negara harus kuat dan rakyatnya harus berdaulat.
“Itulah cikal bakal demokrasi. Itulah cikal bakal munculnya klausul tentang hak-hak asasi manusia dalam Undang-Undang Dasar kita,” tegasnya sembari mengingatkan betapa pentingnya membaca naskah sidang-sidang BPUPKI yang dikeluarkan Sekretariat Negara. “Sidang-sidang BPUPKI baca, kaitkan dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang telah empat kali mengalami perubahan,” pintanya.
Presiden setiba di Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Presiden dan istri disambut Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Sri Soelarsih. Sri Soelarsih menjelaskan, keberadaan perpustakaan ini memenuhi kebutuhan intelektual segenap lapisan masyarakat untuk melanjutkan perjuangan Hatta dalam mewujudkan cita-citanya di masa mendatang.
Perpustakaan Proklamator Bung Hatta ini merupakan hasil kerjasama antara keluarga Bung Hatta, Universitas Bung Hatta (UBH), dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Diresmikan Presiden SBY pada 2006 sebagai penghormatan atas jasa Bung Hatta. Perpustakaan Bung Hatta dikelola Perpustakaan Nasional dan lokasinya di kompleks Pemerintah Kota Bukittinggi. Perpustakaan Nasional juga mengelola Perpustakaan Bung Karno di Blitar.
Presiden berterima kasih dan mengapresiasi pembangunan perpustakaan ini. Menurutnya, keberadaan Perpustakaan Proklamator Bung Hatta bukan hanya untuk mengenang jasa pahlawan, khususnya Bung Hatta, melainkan juga untuk meneladani nilai-nilai sejarah dan perjuangan mereka.
Seusai menyampaikan sambutan, Presiden dan istri menerima kartu anggota kehormatan Perpustakaan Proklamator Bung Hatta dari Kepala Perpustakaan Nasional Sri Soelarsih. Presiden dan istri menyerahkan 135 buku (35 judul) untuk koleksi perpustakaan.
Sebelum meninggalkan Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Presiden dan istri bersama Ketua DPD menanam pohon sejenis kenari di halaman perpustakaan. Presiden dan istri sempat menerima kunjungan seorang warga, Novila Mayasari Tanjung, di teras Istana Bung Hatta.
Novila nekat menemui Presiden kendati petugas sempat mengusirnya, karena ia ingin mengucapkan terimakasih atas bantuan pendidikan Presiden ketika Novila menjadi korban gempa Nias, Sumatera Utara (Sumut), pada 2005.
Sumber: inilah.com
Comments
Post a Comment