Gemilang Perpusnas 2013 : Persembahan Khusus Kiprah dan Prestasi Perpusnas untuk Masyarakat Indonesia
Jakarta—Kiprah Perpustakaan Nasional selama satu tahun ini diangkat kembali dalam puncak perhelatan akbar yang bernuasa edukasi dan hiburan. Malam yang bertajuk Gemilang Perpustakaan Nasional dan Malam Penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka 2013 digelar pada Selama malam (29/10) di Teater Jakarta, TIM Jakarta. Acara yang dikemas dengan konsep penghargaan dan hiburan itu cukup memberi nuasa lain bagi kalangan perpustakaan di Indonesia, apalagi dihadiri dari seluruh kalangan perpustakaan tanah air. Hadir dalam acara itu Sekretaris Utama Perpusnas H. Dedi Junaedi, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Hj. Woro Titi Haryanti, mantan Kepala Perpusnas H. Hernandono, Perwakilan dari Kementerian/Lembaga, serta seluruh Kepala Badan/Kantor Perpustakaan Provinsi dan Kab/Kota se Indonesia.
Latar belakang diberikannya apresiasi Perpusnas kepada masyarakat yang peduli dengan pengembangan perpustakaan dan pembudayaan gemar membaca, karena melihat kiprah mereka yang tanpa pamrih dengan sumberdaya sendiri mengembangkan perpustakaan untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Di berbagai tempat yang mungkin belum terjamah informasi dan pengetahuan, kehadiran mereka ibarat oase kehidupan. Segala kerja keras, kepedulian, dan kemauan mengajak masyarakat untuk cerdas merupakan bukti bahwa mereka juga adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Pengabdian mereka adalah bukti dari tanggung jawab sebagai makluk sosial.
Mereka yang kami sebut itu adalah pejuang perpustakaan. Yang mengantarkan masyarakat dari sebelumnya gelap informasi karena minimnya bahan bacaan menjadi masyarakat melek informasi dan pengetahuan. Mereka pantas diganjar dengan penghargaan yang tinggi. Oleh karena itu Perpusnas pun menganugerahi mereka dengan Nugra Jasadarma Pustaloka.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, anugerah Nugra Jasadarma Pustaloka tahun 2013 diberikan khusus kepada insan terbaik dari beberapa kategori yang disertakan, antara lain buku terbaik, perpustakaan umum Kab/Kota terbaik, lomba bercerita SD/MI terbaik, pustakawan terbaik, tokoh masyarakat, tokoh jurnalis serta media massa, ke semua penerima penghargaan tersebut tersebar dari berbagai penjuru tanah Air.
Para penerima penghargaan, baik pemenang lomba maupun para penerima penghargaan lainnya sangat antusias mengikuti rangkaian acara yang juga menghibur itu. Tembang-tembang manis yang dibawakan Ruth Sahanaya yang cukup populer ditelinga masyarakat seperti “Astaga, dan Semua Jadi Satu”, dan begitu juga D’Bagindas yang populer dengan lagu Cinta, ikut mewarnai pemberian penghargaan tersebut.
Untuk kategori pertama yang mendapat penghargaan malam itu adalah Buku Terbaik dengan masing-masing terbaiknya adalah: Terbaik I judul buku Disiplin Hukum yang Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender karya L.M. Gandhi Lapian, penerbit Yayasan Pustaka Obor. Terbaik II judul buku Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia karya Rachmadi Usman, penerbit Sinar Grafika. Terbaik III judul buku Hukum Pengangkatan Anak karya Rusli Pandika; penerbit Sinar Grafika.
Kemudian untuk kategori Bercerita Terbaik SD/MI adalah: Juara I Adinda Hasiseh Indriansyah dari Kalimantan Timur, juara II Jaynardi dari Kepulauan Riau, dan juara IIII Kadek Mira Mertaningsih dari Bali. Selain itu para pemenang lomba perpustakaan umum kab/kota yang terbaik yang dibagi tiga cluster A,B, dan C, juaranya yaitu cluster A Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya Jawa Timur, cluster B Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi kota Lubuk Linggau Sumatera Selatan, dan cluster C Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kab. Lombok Timur NTB.
Bagi jawara perpustakaan juga mendapat penghargaan Perpusnas dengan kategori pustakawan terbaik, yaitu: Terbaik I, Ulfah Andayani Banten. Terbaik II Tulus Wulan Juni Sulawesi Selatan.Terbaik III Sukirno D.I. Yogyakarta.
Sedangkan untuk penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka kategori masyarakat dan media yaitu:
1. Adwityani S. Subagio (Pendiri KLUB PERPUSTAKAAN INDONESIA, Jakarta)
2. Nila Tanzil (TBM PELANGI tersebar di wilayah Indonesia Timur)
3. Nursyida Syam Islam (Klub Baca Perempuan, Kab Lombok Utara, NTB)
4. Hj. Darminah Daraba (PKBM SANDYKA, Kab Gowa Sulawesi Selatan)
5. Agung Kurniawan (Perpustakaan Desa SEMASA, Kab Bantul Yogyakarta)
6. Mabruri (Perpustakaan Darul Ulum, Kab Rembang Jawa Tengah)
7. Yayat Rudiyat (TBM SEHATI, Kab Bandung Jawa Barat)
8. Suparto Brata (Penulis Lepas, Surabaya Jawa Timur)
9. Harian Jurnal Nasional (Media Cetak Jakarta)
Sementara kategori tokoh masyarakat/kepala daerah yang berkontribusi besar terhadap pengembangan perpustakaan dan pembudayaan gemar membaca yang mendapat penghargaan adalah Gubernur Sumatra Barat H. Irwan Prayitno, Bupati Bangka Barat H. Zuhri M. Syazali, dan Bupati Tapanuli Selatan H. Syahrul M. Pasaribu. Sedangkan untuk peraih Lifetime Achievement tahun 2013 diberikan kepada salah satu tokoh kepustakawanan Indonesia Blasius Sudarsono, MLS. Penghargaan disampaikan langsung Sekretaris Utama Dedi Junaedi yang didamping Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Woro Titi Haryanti. Sementara dalam sambutan yang telah direkam sebelumnya, Kepala Perpusnas Sri Sularsih yang tidak bisa hadir karena menjadi tuan rumah atas kedatangan Presiden SBY ke Perpustakaan Bung Hatta di Bukittinggi, mengatakan hanya tiga kepala daerah di Indonesia, yang menerima penghargaan untuk kategori tersebut.
Kepala Perpusnas mengatakan, Perpusnas menilai, kepala daerah/tokoh masyarakat tersebut telah memberikan dedikasi dan sumbangsih, terhadap pengembangan perpustakaan dan minat baca di Indonesia.
"Kepala daerah/tokoh masyarakat ini, berperan aktifnya dalam menggerakkan kepedulian gemar membaca, melakukan pengembangan perpustakaan dengan sarana yang menunjang. Mereka menomorsatukan masyarakat untuk memiliki minat, gemar dan budaya baca melalui perpustakaan, jerih payah tokoh atau kepala daerah ini, juga untuk memotivasi pengembangan perpustakaan di daerah sebagai sarana pengembanganan informasi dan kecerdasan masyarakat," kata Sri Sularsih.
Sementara tokoh kepustakawanan yang mendapat penghargaan lifetime achievement, Blasius Sudarsono, MLS, yang juga mantan Direktur PDII LIPI. Berlatar belakang fisika murni, tentu sangat berbeda dengan apa yang dilakoninya selama 40 tahun di bidang kepustakawanan.“Tapi karena saya diterima di LIPI, khususnya pusat dokumentasi ilimiah nasional waktu itu, saya harus ambil formal pendidikan di bidang itu, itu yang saya ambil di Honolulu, Master of Library Studies (MLS), University of Hawaii,”ujarnya. Pak Darsono, begitu biasa ia disapa mengatakan tidak pernah menangkap ilmu perpustakaan sebagai ilmu, tapi sebagai art (seni). Ia merasakan keresahan, ada sedikit ketidaktepatan dalam mengenalkan perpustakaan kepada masyarakat. “Ada semacam constructive distraction. Yang diajarkan hanya how to do, pertukangan, bukan why, bukan reasoning,” ujar Blasius yang juga pernah mengajar di jurusan ilmu perpustakaan Universitas Indonesia.
Ia menyebut kepustakawanannya adalah jalan sunyi berliku dan mendaki. “Banyak pencarian, penantian, tantangan tapi juga banyak harapan dan kata kunci harapan itu yang menjadi spirit saya”.Kini bagi Blasius, penting untuk menumbuhkan semangat bagi mereka yang masih muda, benih yang bisa ditanam dan mengakar, bukan memperbaiki apa yang sudah mengering dan menguning. Latar belakang itulah yang membuat dirinya mendirikan kelompok studi Kappa Sigma Kappa Indonesia pada Juni 2012.Menurut Blasius, langkah yang ditempuhnya di dunia kepustakawanan merupakan langkah sublimasi. Dunia kepustakawanan harus meliputi 4 aspek, yang pertama soal calling (panggilan). Calling itu bukan cita-cita, panggilan itu dari luar, meskipun kadang harus diawali dengan keterpaksaan. “Saya merasa ada kebanggaan dari apa yang saya kerjakan, itu menjawab panggilan, dan menjawabnya butuh dibuktikan dengan kesetiaan,”ujarnya.
Setelah menjawab panggilan, baru kemudian menjadi spirit of life, karya pelayanan dan profesional. “Sayangnya sekolah-sekolah ilmu perpustakaan hanya konsentrasi pada nomor 4. Profesional, tidak bicara dari nomor 1 sampai 3. Di nomor 3 itu soal karya, karena karya jelas beda dengan kerja,” paparnya.Blasius mengatakan, meningkatkan gemar membaca bukan tugas utama perpustakaan. “Gemar baca itu mulai dari pendidikan, mulai dari keluarga, calon-calon yang nantinya akan mempunyai keluarga ini yang harus dididik. Kesejahteraan umum dan kecerdasan bangsa tidak akan tercapai kalau kita tidak menyejahterakan dan mencerdaskan diri kita sendiri,”ujarnya.
Malam puncak Gemilang Perpusnas 2013 merupakan wujud apresiasi nyata yang khusus diberikan Perpusnas kepada seluruh penerima penghargaan dan masyarakat. Lewat kemasan acara yang menghibur dengan sederet performance memukau dari artis dan musisi bertalenta, seperti Ruth Sahanaya (Uthe), Sammy Simorangkir, Ratna Listy, Sultan, D’Bagindas, Gracia Indri dan Derry Ariyandi. Tidak ketinggalan pula penampilan menghibur dari Abang None Jakarta.
Dalam mendongkrak masyarakat untuk menggemari membaca dan cinta perpustakaan, Perpusnas telah membuat beberapa program unggulan. Prioritas tersebut menyasar pada pengembangan perpustakaan digital, penyaluran stimulan mobil perpustakaan keliling (MPK) kepada perpustakaan kabupaten/kota, penguatan perpustakaan desa hingga kampanye pembudayaan kegemaran membaca di berbagai ibukota provinsi.
Pembinaan minat baca merupakan modal dasar untuk memperbaiki kondisi minat baca masyarakat saat ini. Perpustakaan adalah media penerang terhadap perkembangan intelektual masyarakat. Kian sering masyarakat memanfaatkan perpustakaan, akan muncul sikap kritis dan koreksi terhadap hal yang merugikan. Informasi yang terkandung dalam suatu bacaan mampu memenuhi kebutuhan pengetahuan dan pengalaman manusia. Mari jadikan Perpustakaan Sebagai Sahabat Terbaik Keluarga Indonesia!
Sumber: pnri.go.id
Comments
Post a Comment