Udara yang sejuk, jalan raya yang turun naik membuat Bukittinggi, Sumatera Barat, tak mudah dilupakan siapa pun yang pertama kali mengunjunginya. Ngarai Sianok yang berkabut, Jam Gadang yang menjulang menjadikan kota yang berada di ketinggian 909-941 meter di atas permukaan laut tersebut selalu hidup dalam ingatan.
Namun, di Kota Bukittinggi pula, ingatan bangsa Indonesia akan sejarah kemerdekaan dirawat. Ada bangunan bernama Istana Bung Hatta, Balai Sidang Bung Hatta, dan Perpustakaan Nasional Proklamator Bung Hatta yang dibangun untuk memelihara ingatan akan Mohammad Hatta.
Bersama-sama Soekarno, Hatta memimpin bangsa Indonesia menjalani masa sulit menuju kemerdekaan. Ia pernah dibuang, ditawan, dan diancam. Ia juga meletakkan dasar penting bagi berdirinya Indonesia.
Soekarno dan Hatta saling melengkapi. Itulah sebabnya mereka disebut dwitunggal. ”Saya lihat Soekarno dan Hatta saling melengkapi. Soekarno berpandangan negara harus kuat, betapa penting kebangsaan untuk mengatasi konflik,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Selasa lalu, ketika mengunjungi Perpustakaan Nasional Proklamator Bung Hatta.
Di sisi lain, menurut SBY, Hatta memandang tidak cukup jika hanya negara yang kuat. ”Bagi Hatta, negara memang harus kuat, tetapi rakyat juga harus kuat. Itulah sebabnya muncul klausul hak asasi manusia di konstitusi,” ujarnya.
SBY menyebut, pikiran besar Soekarno dan Hatta terwujud secara harmonis. Keduanya sama-sama dibutuhkan. Betapa penting politik kebangsaan, tetapi tidak kalah penting ekonomi dan kedaulatan rakyat.
Mengingat pentingnya peranan Hatta, dipandang perlu memastikan keunggulan kualitas Perpustakaan Bung Hatta sehingga pemikiran Hatta dapat terawat dan tersebar. SBY pun menyetujui usulan agar Kepala Perpustakaan Bung Hatta dinaikkan dari eselon 3A menjadi 2B, setara dengan Kepala Perpustakaan Bung Karno, di Blitar, Jawa Timur. Selain itu, ia berjanji, pemerintah akan membantu upaya perpustakaan itu menambah jumlah pegawai.
Rujukan warga
Perpustakaan Bung Hatta diresmikan SBY pada 21 September 2006, sedangkan Perpustakaan Bung Karno diresmikan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 3 Juli 2004. Selain memiliki koleksi lengkap buku- buku Bunga Hatta, perpustakaan itu juga menyediakan koleksi umum. Dengan gedung yang megah di dekat kantor Wali Kota Bukittinggi, Perpustakaan Bung Hatta diharapkan jadi sumber rujukan warga untuk mencari buku.
Tersedia 35.738 judul dengan 71.761 eksemplar buku di Perpustakaan Bung Hatta. Anggota perpustakaan tercatat 11.357 orang. Jumlah kunjungan mencapai 300 orang per hari.
SBY dan Ny Ani Yudhoyono mendapat penghargaan dengan diangkat sebagai anggota kehormatan Perpustakaan Bung Hatta. SBY berhak meminjam buku tentang Hatta yang tersedia di perpustakaan itu. Lewat dirinya, gagasan Hatta tentang demokrasi, HAM, dan ekonomi kerakyatan diharapkan dijaga, dirawat, dan dikembangkan dengan baik.
Sumber: kompas.com
Comments
Post a Comment