SOLO, Tidak mau kehabisan akal dalam menggeber minat baca yang terus menurun, mahasiswa D3 Ilmu Perpustaakaan Fisip UNS menggunakan cara unik untuk menarik warga di CFD, Minggu (15/9).
Ya, mahasiswa yang berjumlah belasan itu, menggunakan topeng para tokoh. Seperti Ir Soekarno, Mohammad Hatta, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Fidel Castro, Stave Jobs dan Malala Yousafzai. Gadis 16 tahun asal Pakistan yang menggemparkan dunia, karena sebagai sosok informatif dan berani melawan kaum ekstrimis. Bahkan dia dikenal sebagai gadis yang lahap membaca ribuan buku untuk membekali dirinya. “Saya bangga memakai topeng Malala,” tutur mahasiswa, Tari Arpadi (19).
Mahasiswa semester III itu mengharapkan, jangan sampai budaya membaca pada generasi muda, pupus. Begitu juga diiyakan oleh mahasiswa lain, Tomi Ali Ramadani (19) yang memerankan sosok proklamator RI, Ir Soekarno atau biasa dikenal dengan Bung Karno itu. Baginya, para tokoh yang dibawakan itu, besar karena buku. Mereka lahap dalam membaca semua buku pengetahuan. “Jadi kalau mau menjadi seperti mereka, jangan tinggalkan buku. Mari rajin membaca,” katanya berharap.
Benar saja, seorang anak bersama orang tuanya, Junita Yuliaza (8) saat itu tak bosan melihat aksi sejumlah mahasiswa yang menggunakan topeng. Mereka mondar – mandir mencari buku yang berada di tumpukan dan membaca di kursi. Bagi anak SD itu, dia menjadi tertarik untuk membaca buku. Meskipun saat ini, buku yang dibacaanya adalah cerita hewan. “Memang saya arahkan untuk membaca yang disukai dahulu. Biar jadi kebiasaan,” terang Dimas Haris (30), orang tua Junita di CFD.
Jadi Momentum
Menurut dosen D3 III Ilmu Perpustakaan Fisip UNS, Muhammad Sholihin, kegiatan tersebut sebagai bentuk cara lain untuk menarik generasi muda agar gemar membaca. Pasalnya dengan membaca, mampu menjadikan diri ini seperti halnya sosok – sosok yang denal di negaranya dan dunia. Karena saat ini, masyarakat dinilai sedang sakit dalam membaca. “Peringatan Hari Kunjung Perpustakaan yang jatuh 14 September, harus jadi momentum. Makanya kami buat suatu yang menarik,” jelasnya.
Konsultan Kreatif Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia (YPPI), Bambang Haryanto mengungkapkan, minat baca di Indonesia sangat rendah dibandingkan negara lain di Asean. Hal ini terlihat dari survei UNESCO tahun 2009. Sementara Kasi Pelayanan Perpustakaan Arpusda Solo, Arif Mutaqin mengimbau setiap keluarga untuk memiliki ruang baca. “Karena keluarga menjadi pintu utama untuk membiasakan kebudayaan. Termasuk budaya membaca,” harapnya.
Sumber: suaramerdeka.com
Comments
Post a Comment