Buku Pelajaran Digital Diminati Anak-anak

Washington: Kini, melihat anak-anak mulai dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga remaja sekolah menengah atas (SMA) dengan tablet di tangan bukanlah pemandangan yang langka. Apalagi di negara-negara maju yang notabene lebih mudah mengakses kecanggihan teknologi.


Tetapi, kira-kira apa yang dicari dan diunduh anak-anak saat bermain-main dengan teblet mereka?


Sebuah riset yang dilakukan Nielsen belum lama ini mengungkapnya. Hasil penelitian perusahaan internasional yang bergerak di bidang informasi global dan media tersebut menunjukkan bahwa anak-anak mempunyai ketertarikan terhadap buku pelajaran digital.


Sebanyak 71% dari siswa yang menggunakan tablet tertarik untuk mengakses buku pelajaran pada perangkat elektronik mereka.


Google rupanya menjadi salah satu perusahaan yang menangkap permintaan ini. Kini para siswa dapat menyewa atau membeli buku digital via Google Play.


Penelitian juga menunjukkan, pemilik tablet di atas usia 13 tahun yang menggunakan perangkatnya di sekolah sering kali memanfaatkannya untuk berselencar di Internet. Jumlahnya sebanyak di 51%.


Disusul kemudian untuk penggunaan e-mail sebanyak 46%, membaca buku 42%, mencatat 40%, dan menyelesaikan pekerjaan rumah/sekolah tugas sebanyak 30%.


Di sisi lain, untuk anak-anak di bawah 11 tahun ternyata banyak juga yang sudah dibiarkan menggunakan tablet.


Sebanyak 78%-nya orang tua melaporkan mereka membiarkan anak-anaknya untuk bermain dengan tablet.


Sebanyak 54% orang tua mengklaim anak-anak mereka menggunakan tablet untuk tujuan pendidikan.


Namun, satu dari lima orang tua yang tidak mengizinkan anak-anak mereka untuk bermain dengan tablet mengatakan, hal tersebut akan diperbolehkan jika jumlah konten ada lebih banyak.


Data direferensikan dari laporan Nielsen, untuk kuartal pertama 2013.


Di sisi lain, mahalnya harga buku-buku teks pelajaran mendorong munculnya layanan pencarian daring buku teks dengan harga yang lebih murah.


Hal itu bermula dari kasus Christian Genco, 21, mahasiswa yang belajar di SMU. Ia harus membayar lebih dari US$1.200 (sekitar Rp12 juta) untuk buku-buku teks per semesternya. Padahal buku-buku tersebut tidak akan dibutuhkan lagi di semester berikutnya.


Akhirnya, ia membangun sebuah program Textbook Please! untuk mempermudah pencarian buku-buku teks secara daring.


Program tersebut secara otomatis memberikan informasi berbagai macam penjual yang menawarkan harga lebih murah.


sumber: metrotvnews.com

Comments