Persoalan perbukuan di dunia pendidikan kembali muncul. Setelah ramai gugatan banyak kata porno, kini buku di sekolah dikeluhkan dengan adanya kata “Bajingan”. Peredaran buku untuk siswa setingkat SMP itu dijumpai di Ngawi. Para walimurid pun mengaku resah.
Eko Budi P., warga Kelurahan Ketanggi, Kecamatan Ngawi Kota mengaku khwatir dengan bahan bacaan anaknya yang duduk di kelas VII SMPN 1 Ngawi. Bagaimana tidak, saat Eko membuka buku Bahasa Indonesia milik Novita Antika Sari (11), salah satu putrinya, dia dikejutkan dengan sebuah cerpen yang banyak menggunakan kata “Bajingan”. “Saat itu sedang mengawasi anak saya belajar di rumah sewaktu pelajaran Bahasa Indonesia, nah ketika membuka halaman 225 ada sebuah cerpen berisi kata-kata maaf ya ‘bajingan’, maka hal seperti itu menurut saya kurang pantas untuk dibaca apalagi siswa,” terangnya kepada LICOM, Minggu (08/09/2013).
Dengan munculnya kosakata yang cukup ‘kasar’ ini, Eko khawatir anaknya penasaran dan mencari lebih jauh makna kata itu. Sehingga, Eko takut jika anaknya juga akan ikut menjadi ‘Bajingan’. Eko pun mengharapkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi untuk secepatnya mengambil langkah tepat. Sehingga buku yang tidak bisa dipertanggung jawabkan secara moral tersebut segera ditarik dari peredaran.
“Maka dari itu selaku wali siswa saya mengharapkan kepada Diknas dalam hal ini segera mengambil keputusan secepatnya, persoalanya saya sendiri selaku orang tua di depan anak tidak pernah memakai kalimat kotor kok, tahu-tahu malah dari buku pelajaran muncul kalimat seperti itu terus bagaimana yang terjadi kedepannya,” tegas Eko.
Gunadi Ash Chidiq, Kabid Dikmen Diknas Kabupaten Ngawi dalam kesempatan sebelumnya mengaku kecewa terhadap buku pelajaran hasil distribusi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pihaknya mengakui didalam isi materi salah satu buku pelajaran setingkat SMP memang memuat kalimat yang tidak normatif. Bahkan dirinya berjanji segera melayangkan kepada Kemendikbud pusat untuk menarik buku tersebut.
Sesuai informasi yang didapat media sejauh ini buku Bahasa Indonesia setidaknya sudah beredar sebanyak 1000 unit buku dikalangan pelajar kelas VII di sejumlah SMP diwilayah Ngawi yang ditunjuk sebagai sekolah pilot projec atas kurikulum terbaru. Kalau hal ini ada pembiaran yang berkelanjutan bisa jadi dunia pendidikan hanya mengejar provit semata dengan mengesampingkan kwalitas dan mutu pendidikan sendiri.
Sumber: lensaindonesia.com
Comments
Post a Comment