BANDUNG, Minat baca di Indonesia masih sangat rendah. Ini karena budaya bertutur lebih kuat dari budaya membaca sehingga menyebabkan kebiasaan membaca (reading habit) masyarakat masih sangat minim. Selain itu juga produksi kaset dangdut yang sepuluh kali lebih besar dari produksi buku
"Hal ini tidak hanya baru terjadi saat ini tapi sudah sejak lama. Itu bukan berarti tidak bisa diubah, dapat diubah dengan kebiasaan. Kalau membaca menjadi kebutuhan maka akan memacu masyarakat untuk membaca. Masyarakat pun harus diberi kemudahan untuk membaca," kata Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie dalam orasi di Masa Orientasi Kampus dan Kuliah Umum (Moka-KU) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Jln. Setiabudi, Kota Bandung, Selasa (27/8/2013).
Menurutnya, minimnya minat membaca juga karena perpustakan yang ada tidak banyak serta prasarana dan sarananya tida lengkap. Meskipun pada dasarnya ICT sebagai teknologi modern memberi kemudahan dan dapat membawa revolusi sendiri asal orang merasa butuh. Kemudahan di samping fasilitas, teknik membaca juga harus diberi tahu. Membaca bisa membosankan dan tidak efektif sehingga sulit mengerti. Ini jadi kendala untuk menumbuhkan minat baca. Oleh karena itu sebelum membaca buku harus dapat membaca kehidupan
"Kalau kita mau pinter maka pertama kita harus membaca kehidupan. Berdasarkan pengalaman saya membaca harus masa kini dari situ bisa melamun masa depan. Untuk meramalkan masa depan maka butuh referensi masa lalu," kata Prof. Jimly.
Sumber: pikiran-rakyat.com
Comments
Post a Comment